Blog
Pahit Manisnya Meraih Kebaikan Melalui Ayat-Ayat Allah
- 17 Desember 2021
- Posted by: ADMIN IT
- Category: Mimbar Mahasiswa
Pahit Manisnya Meraih Kebaikan Melalui Ayat-Ayat Allah
Oleh : Mutia Fiddin
Editor : Sudarmadi Putra, M.Ud
Menjadi seorang penghafal Al-qur’an sudah merupakan cita-cita bagi setiap muslim pada umumnya. Bagaimana tidak? Jika hanya dengan membaca satu huruf daripada kitab yang sangat mulia itu sudah bernilai 10 kebaikan, maka berapa banyak kebaikan yang akan didapat oleh seorang huffadz yang sudah berulang kali membaca kata demi kata pada ayat-ayat Al-qur’an. Sesungguhnya menghafal Al-qur’an itu merupakan ibadah, dimana pelakunya mengharapkan wajah dan pahala dari Allah di akhirat kelak. Orang yang menghafal Al-qur’an akan dibersamai para malaikat sebagai teman di rumahnya, seperti yang dikatakan dari ‘Aisyah radhiallahu anha dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
مثل الذي يقرأ القرأن وهو حافظ له مع السفرة الكرام البرارة و مثل الذي يقرأ القرأن وهو يتعاهده وهو عليه شديد , فله أجران.
“Orang yang membaca dan menghafal Al-qur’an, dia bersama para malaikat yang mulia. Sementara orang yang membaca Al-qur’an, dia berusaha menghafalnya, dan itu menjadi beban baginya, maka dia mendapat dua pahala.” (HR.Bukhori 4937).
Serta masih banyak keutamaan-keutamaan mulia lainnya yang akan diperoleh seorang penghafal Al-qur’an.
Di akhir tahun 2017, Alhamdulillah ‘ala kulli haal saya diberi kesempatan yang sangat mulia untuk mengikuti kegiatan dauroh tahfidz selama kurang lebih 3 bulan lamanya. Semasa dauroh, saya tinggal di rumah tahfidz haramain yang bertempat di Wonorejo, Gondangrejo, Karanganyar. Tempat itu menorehkan banyak pengalaman berharga yang belum pernah saya dapatkan. Awal mula saya memutuskan untuk mengikuti kegiatan dauroh tahfidz tersebut, karena saya ingin mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat. Singkat cerita, saya ini gapyear. Hampir satu tahun tidak duduk di bangku sekolah ketika seharusnya saya melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Ternyata, Allah punya rencana yang jauh lebih indah. Dengan kegagalan saya untuk masuk universitas negri, saya malah diberi kesempatan mulia untuk menghafal Al-qur’an.
Rumah tahfidz haramain kala itu dihuni oleh 23 peserta dan 2 musyrifah. Sistem setoran disana, dibagi menjadi 4 kali; setelah shubuh, jam 09.00, setelah dhuhur, dan setelah ashar. Malam hari biasanya digunakan untuk muraja’ah hafalan yang sudah disetorkan pada hari itu. Sebenarnya pihak yayasan tidak menarget hafalan dari para peserta, tapi saya berfikir ada baiknya saya buat target hafalan yang wajib saya setorkan perharinya. Saya tulis pada sebuah buku note yang saya bawa, dan saya anggap target itu sebagai acuan sekaligus penyemangat bagi saya ketika hendak menghafal. Kalau target hari ini belum terpenuhi, maka dianggap hutang yang harus dilunasi pada hari berikutnya. Strategi ini saya gunakan supaya saya bisa mendapatkan hasil yang maksimal ketika usai mengikuti dauroh, kesempatan langka harus digunakan dengan sebaik mungkin.
Hari pertama setoran dimulai, saya memilih untuk mengawali hafalan dari juz 1. Karena masih awal, jadi semangatnya masih menggebu-gebu. Alhamdulillah hari itu berjalan dengan lancar dan memenuhi target yang saya buat.
Setiap harinya, hampir semua peserta bangun sebelum shubuh, ada yang sudah sibuk untuk mempersiapkan setorannya dan ada yang khusyuk dalam munajat tahajudnya. Tak dapat dipungkiri, memang waktu-waktu seperti itu sangat efektif untuk menghafal Al-qur’an. Rasanya otak bekerja lebih cepat daripada waktu-waktu yang lain. Ini juga merupakan strategi ampuh untuk menghafal Al-qur’an.
Ketika menyiapkan setoran, kadang saya mengalami kesulitan dalam menghafal. Sudah membaca berulang kali, tapi tak kunjung meresap di otak. Bahkan beberapa kali saya meneteskan air mata, merasa lelah. Solusinya, perbanyak istighfar, perbanyak do’a supaya dimudahkan, istirahat sejenak boleh, asal jangan menyerah. Itulah bagian dari perjuangan. Mencoba menge-push diri supaya bersemangat kembali memang membutuhkan ‘azm yang kuat. Menghafal Al-qur’an memang bukan hal biasa, meski sangat membutuhkan perjuangan, tapi ganjaran yang didapat juga tidak kalah menggiurkan. Seperti kata peribahasa, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kita ke tepian.
Meskipun hanya 3 bulan, tak jarang saya mengalami semangat yang pasang surut. Alhamdulillah kegiatan di rumah tahfidz haramain kadang diselingi dengan kajian motivasi dan pemantapan tahsin. Anggap saja sebagai refreshing. Saya teringat perkataan Ustadz Kholid selaku direktur rumah tahfidz haramain ketika menyampaikan taujihnya, “Ketika kita hidup dibawah naungan Al-qur’an, maka kita akan mendapatkan kenikmatan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata”. MaasyaaAllah. Seorang penghafal Al-qur’an benar-benar mendapatkan posisi yang sangat mulia, baik dimata Sang Pencipta maupun dimata makhluk-Nya, baik didunia maupun di akhirat kelak.
Al-Qur’an itu selalu bisa menenangkan jiwa dan hati. Di sisi lain al-Qur’an itu misterius kadang sebelum disetorkan ke musyrifah itu lancar eh tiba-tiba di depan musyrifah hilang hehe tau sebaliknya sebelum setor ke musyrifah rasanya susah tapi saat disetor kok bisa lancar hehe, o ya menjaga al-Qur’an itu juga kaya megang belut kepalanya dipegang ekornya gak kepegang dan sebaliknya, jika dimorojaah yang awal yang akhir lupa tapi jika yang dimurojaah yang akhir yang awal lupa haha jadi tambah gemes hehe. Dari pengalaman saya menghafal al-Qur’an itu asyik, asalkan dilakukan dengan istiqomah dan sabar.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi seseorang, supaya ketika menghafal Al-Qur’an kita bisa memprogram fikiran bawah sadar, menginstal relung hati. Kaitannya dengan metode menghafal Qur’an sampai masuk ke fikiran bawah sadar atau internalisasi
- Repetition / Pengulangan; menghafal Al-Qur’an intinya banyak pengulangan, semakin banyak membaca, mendengar, memperhatikan Al-Qur’an maka menghafal Al-Qur’an jadi lebih mudah dan berkesan. Metode Repetition ini langkah dasar, awal masuk ke fikiran bawah sadar.
- Figur otoritas / teladan yang baik, dalam metode menghafal Al-Qur’an hal ini terkait dengan seorang guru, kata-katanya mampu masuk bertahan lama karena pengaruh figur, saat menghafal Al-Qur’an menjadi penguat dan motivasi untuk selalu semangat. Program Menghafal Al-Qur’an harus dari yang punya otoritas, figur teladan dari orang tua, guru, teman, maupun yang lain.
- Identitas kelompok / Lingkungan yang baik, menghafal Al-Qur’an butuh suasana yang baik, tenang, jauh dari hura-hura, mencari teman dengan identitas yang sama menjadi penting. setiap orang selalu mencari temannya yang sama kelompok aktivitasya.
- Emosi yang intens / hafalan masuk ke Shudur, perasaan senang, menghafal Al-Qur’an diiringi pemahaman, hati yang terbuka, emosi yang terlibat dan meluap-luap, Tahfiz akan menjadi mudah, berkesan dan tidak mudah lupa.
- Induksi Hypnosis / Program tahfiz yang mengikat, sistem yang disengaja, memaksa diri untuk berinteraksi dengan Al Qur’an, metode therapi yang harus ada kesadaran dari semua muslim untuk ‘berelaksasi’ dengan Ayat-ayat Al-Qur’an, menerima, patuh dan mencintai Al-Qur’an sepenuhnya, sehingga tersugesti dengan program Tahfiz Qur’an, menjadi kebiasaan sehari-hari, menjadi keyakinan, dan al Qur’an menjadi nilai yang sangat berharga di dalam diri setiap muslim.
Wahai orang yang berkeinginan untuk menghafal Al-Qur’an, bertawakkal-lah pada Allah, bersungguh-sungguhlah dalam berusaha, dan jujurlah pada dirimu, bahwasanya engkau benar-benar ingin menghafal Al-Qur’an! Serta, berprasangka baiklah bahwa Allah akan memberikan taufik-Nya atas usahamu. Demi Allah engkau akan memperoleh apa yang kau ingin dengan segera. Dan engkau akan menjadi bagian dari penghafal kalam yang paling agung, yaitu kalam Rabb semesta alam.