Blog
Sikap Bijaksana Terhadap Mertua
- 16 Agustus 2021
- Posted by: ADMIN IT
- Category: Mimbar Dosen

SIKAP BIJAKSANA TERHADAP MERTUA[1]
OLEH : SUDARMADI PUTRA, M.Ud
Seseorang dituntut untuk berlaku bijak dalam segala ruang lingkup. Demikianlah semestinya yang harus dimiliki bagi seorang mukmin, sebagai konsekuensi keislamannya. Sikap bijak dalam Islam dikenal dengan Akhlaq, yang berarti “tabiat”, “sifat”, “Dien”. Begitulah makna akhlaq sebagaimana disebutkan dalam An-Nihayah oleh Ibnu Atsir. Ahklaq itu mempunyai dan meliputi cangkupan yang sangat luas. Dari hal yang terkecil hingga yang paling besar, dari hal yang ‘remeh’ hingga hal yang penting. Dari menyingkirkan duri di jalan dan benda- benda yang dapat membahayakan keselamatan orang lain hingga berkata yang benar di depan penguasa yang zhalim. Dari hal senyum hingga al-wala’ wal bara’. Tak luput juga dalam hal bersikap bijaksana ketika berhadapan dan bersama mertua.
Mertua adalah sebutan dalam hubungan/sistim kekerabatan yang merunjuk pada orang tua istri atau suami. Selain merujuk pada ayah mertua dan ibu mertua juga dapat merujuk pada kakek atau nenek mertua. Lawan dari kata mertua adalah menantu.
Setidaknya ada lima hal pokok yang perlu kita perhatikan ketika bermu’asyarah atau berbaur bersama mereka, hingga akan terciptanya suasana sakinah dan mahabbah antara menantu dan mertua begitupun sebaliknya, dari lingkup khusus dan menjadi lingkup umum dan luas antara sesama mukmin tentunya. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menghormatinya
Islam mengajarkan bagi pemeluknya agar bersikap menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda. Menghormati dalam hal, berkata santun dan ramah ketika berkomunikasi dengannya dan menggunakan bahasa yang pas dan cocok untuk digunakan jika menjawab pertanyaan darinya, selalu mendahulukannya baik dalam hal makan bersama, berpendapat, dan semua hal – hal yang menjadi tata krama bak seorang anak dengan orang tuanya, Sebagaimana telah diterangkan dalam sebuah hadits yang berbunyi :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ السَّرْحِ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ عَنْ ابْنِ عَامِرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يَرْوِيهِ قَالَ ابْنُ السَّرْحِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا فَلَيْسَ مِنَّا
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Ibnu As Sarh keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibnu Abu Najih dari Ibnu Amir dari Abdullah bin Amru ia meriwayatkan; Ibnu As Sarh berkata; dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Siapa yang tidak menyayangi orang yang kecil di antara kami dan tidak mengerti hak orang yang lebih besar di antara kami, maka ia bukan dari golongan kami.”(HR. Abu Daud)
Menantu menghormati mertua dan mertuapun menyayangi menantu, jadi adanya sikap saling memahami antara dua belah pihak maka akan lahirlah mahabbah diantara mereka.
2. Menyayanginya
Orang Muslim itu penyayang, dan kasih sayang adalah salah satu akhlaknya, sebab sumber kasih sayang ialah jiwa yang bening dan hati yang bersih. Dalam mengerjakan kebaikan, mengerjakan amal shalih, menjauhi keburukan, dan menghindari kerusakan, orang Muslim selalu berada dalam keadaan hati yang bersih dan jiwa yang baik. Barangsiapa keadaannya seperti itu, maka sifat kasih sayang tidak berpisah dengan hatinya. Maka sudah sepaantasnyalah mertua kita sayangi seperti sayangnya ibu terhadap anaknya. Karena sikap berkasih sayang adalah buah dari taatnya seorang hamba dalam mengamalkan perintah Allah dan Rasul-Nya, Sebagaimana dalil- dalil berikut ini :
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ (17) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ
Artinya : “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka adalah golongan kanan.” (Al Balad : 17-18)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُسَدَّدٌ الْمَعْنَى قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو عَنْ أَبِي قَابُوسَ مَوْلَى لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Musaddad secara makna, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amru dari Abu Qabus -mantan budak (yang telah dimerdekakan oleh) Abdullah bin Amru- dari Abdullah bin Amru dan sanadnya sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, (beliau bersabda): Para penyayang akan disayangi oleh Ar Rahman. Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi oleh siapa saja yang di langit.( Diriwayatkan Abu Daud )
َإِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (Diriwayatkan Al Bukhari)
3. Menasehatinya
Buah dari kasih sayang akan timbul dari seorang mukmin sikap untuk saling memberi nasehat, baik dalam hal tarhib wa targhib, karena seorang menantu yang baik tidak rela jika mertuanya dibiarkan dalam kesesatan, kebid’ahan, kesyirikan, khurafat dan hal- hal yang bertentangan dan melampaui batas – batas syari’at Islam. Sebagaimana firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”( QS. At-Tahrim : 6)
إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya : “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.( QS.Al-Ashr:3)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ ثَلَاثَ مِرَارٍ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
Artinya : Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Agama itu adalah nasehat.” Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Kemudian para shahabat bertanya, “Bagi siapakah wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Bagi Allah, Kitab-Nya, bagi para pemimpin dan kaum muslimin seluruhnya.”
4. Mendo’akannya
Menantu yang baik salah satu karekternya adalah suka dan gemar mendo’akan mertuanya, agar selalu diberikan kebaikan, kesehatan, kemakmuran, kebenaran, dan juga diringankan segala beban yang sedang mereka pikul, walaupun baru hanya mampu dengan seuntai do’a, dan jika mampu ikut memberi hadiah dan apapun yang sedang mereka butuhkan selagi seorang menantu itu memiliki keluasan dalam hal harta dan rezeki. Tetapi jangan sampai berlebih-lebihan sehingga seseorang melupakan orang tuanya sendiri. kita memang harus saling mendo’akan. Karena berdo’a merupakan intinya ibadah dan senjata kaum muslimin. Begitu jugalah antara menantu dan mertua selama masih sesama mukmin harus saling peduli dan saling mendo’akan. Sebagaimana sabda Nabi SAW :
عن حذيفة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من لم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم
Artinya : Dari Huzaifah dia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ Barangsiapa yang tidak memiliki kepudulian dengan urusan umat Islam, maka ia tidak termasuk mereka”(HR.Al-Baihaqi dan Ath-Thabarani)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah bin Numair; Telah menceritakan kepada kami Bapakku; Telah menceritakan kepada kami Zakaria dari Asy Sya’bi dari An Nu’man bin Bisyir dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang-Orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)
5. Menjenguknya
Menjenguk dalam rangka bersilaturahim merupakan hubungan yang dapat mempererat antara menantu dan mertua. Dengan demikian akan saling ta’aruf, tafahum, ta’awun diantara mereka khususnya bagi menantu maupun mertua yang tidak serumah. Dengan sering mengadakan kunjungan dapat baik menantu ke mertua maupun sebaliknya.
sesungguhnya silaturrahim termasuk ibadah kepada Allah yang paling baik dan ketaatan yang paling agung, kedudukan yang tertinggi dan berkah yang besar, serta yang paling umum manfaatnya di dunia dan akhirat. Maka silaturrahim merupakan kebutuhan secara fitrah dan sosial, yang dituntut oleh fitrah yang benar dan dicenderungi oleh tabiat yang selamat. Sesungguhnya sempurnalah dengannya keakraban, tersebar kasih sayang dengan perantaraannya, dan merata rasa cinta. Ia adalah bukti kemuliaan, tanda muru`ah, mengusahakan bagi seseorang kemuliaan, pengaruh, dan wibawa.
Rasulullah SAW bersabda :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عِيسَى الثَّقَفِيِّ عَنْ يَزِيدَ مَوْلَى الْمُنْبَعِثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَعَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِي الْأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِي الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِي الْأَثَرِ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Mubarak dari Abdul Malik bin Isa Ats Tsaqafi dari Yazid Maula Al Munba’itsi dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Belajarlah dari nasab kalian yang dapat membantu untuk silaturrahmi karena silaturrahmi itu dapat membawa kecintaan dalam keluarga dan memperbanyak harta, serta dapat memperpanjang umur.” ( HR.Tirmidzi )
Mari sayangi Mertua kita, sebagimana kita menyayangi Kedua Orang tua kita, karena di sana ada do´a untuk kebahagian rumah tangga kita. Amiin.
Wallahu´alam bisshowab.
[1] Disampaikan dalam Acara KASTURI ( Kajian Silahturahim) Wali Murid KB TKIT AL-Mukmin, 12 November 2013.