Talk Show “Hak Setara untuk Semua, Bersama Kita Bisa” DinKes: Meningkatkan Kesadaran Publik Tentang HIV/AIDS
- 3 December 2024
- Posted by: ADMIN IT
- Category: SEMINAR
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-5-840x430.jpg)
Sukoharjo, 3 Desember 2024 – Dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada 1 Desember setiap tahunnya, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo melalui Dinas Kesehatan mengadakan Talk Show bertema “Hak Setara untuk Semua, Bersama Kita Bisa”. Kegiatan ini berlangsung di Aula Wijaya Kusuma RSUD Ir. Soekarno, Sukoharjo, pada Selasa, 3 Desember 2024, pukul 08.00 hingga 11.00 WIB.
Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya inklusi sosial dan melawan stigma terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Talk show dihadiri oleh sekitar 100 peserta dari berbagai latar belakang, seperti tenaga medis, mahasiswa, masyarakat umum, hingga aktivis kesehatan. Selain itu, sebanyak 17 perguruan tinggi turut berpartisipasi, menunjukkan kolaborasi kuat lintas institusi dalam mengedukasi masyarakat. Peserta yang mewakili STIM Surakarta terdiri dari tiga mahasiswa, yaitu Habibi, Aisyah, dan Rindi.
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-5-2.jpg)
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-6.jpg)
HIV: Singkatan dari Human Immunodeficiency Virus (Virus Imunodefisiensi Manusia), yang merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. HIV melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit dengan merusak sel darah putih yang disebut CD4, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.
AIDS: Singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome (Sindrom Imunodefisiensi Diperoleh). AIDS adalah tahap lanjut dari infeksi HIV, di mana sistem kekebalan tubuh sangat rusak dan tubuh menjadi sangat rentan terhadap infeksi oportunistik serta beberapa jenis kanker. Tanpa pengobatan, HIV dapat berkembang menjadi AIDS dalam beberapa tahun.
Perguruan Tinggi yang Berkontribusi
Perguruan tinggi yang diundang dalam acara ini mencakup berbagai bidang studi, mulai dari kesehatan, teknologi, hingga seni dan desain. Berikut daftar institusi yang hadir:
1. Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
2. Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet) Sukoharjo
3. UIN Raden Mas Said Surakarta
4. Universitas Terbuka (UPBJJ Surakarta)
5. Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia
6. STIKES Nasional
7. STIKES Panti Kosala
8. STIE STEKOM
9. STIM Surakarta
10. STIMIK AMIKOM
11. Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Warga Surakarta
12. Akademi Pelayaran Nasional (APN)
13. Akademi Seni dan Desain Indonesia (ASDI) Surakarta
14. Institut Teknologi Bisnis AAS Indonesia
15. Universitas Sugeng Hartono
16. Politeknik Nest
17. STIKOM
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-7.jpg)
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-9.jpg)
Berikut adalah lima aspek kesetaraan tentang HIV/AIDS:
- Kesetaraan Akses Terhadap Pengobatan
Setiap individu, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau lokasi geografis, berhak mendapatkan akses yang setara terhadap pengobatan HIV/AIDS. Terapi antiretroviral (ARV) yang efektif harus tersedia untuk semua orang yang membutuhkan, dan layanan kesehatan harus menghapuskan hambatan seperti biaya tinggi, lokasi yang jauh, atau diskriminasi. - Kesetaraan dalam Pendidikan dan Penyuluhan
Semua lapisan masyarakat, tanpa kecuali, harus mendapatkan informasi yang akurat mengenai pencegahan, penularan, dan pengelolaan HIV/AIDS. Penyuluhan yang setara memungkinkan masyarakat untuk memahami cara melindungi diri mereka sendiri dan orang lain dari infeksi, serta mengurangi stigma yang seringkali menyertai penyakit ini. - Kesetaraan Hak-Hak Sosial dan Ekonomi bagi ODHA
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memiliki hak yang sama untuk bekerja, belajar, dan hidup dalam masyarakat tanpa mengalami diskriminasi. Kesetaraan hak sosial ini mencakup hak untuk mendapatkan pekerjaan, pendidikan, dan akses terhadap layanan sosial, tanpa takut dipecat atau diperlakukan tidak adil karena status HIV mereka. - Kesetaraan Perlakuan dalam Masyarakat
Setiap orang, termasuk ODHA, berhak diperlakukan dengan hormat dan tanpa stigma. Masyarakat harus berkomitmen untuk menghapuskan diskriminasi terhadap ODHA dan memperlakukan mereka sebagai individu yang setara, menghargai martabat dan hak mereka. - Kesetaraan dalam Riset dan Pengembangan
Riset terkait HIV/AIDS harus memastikan bahwa kebutuhan dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk mereka yang berada dalam situasi rentan, diperhitungkan. Semua orang, tanpa memandang latar belakang, harus memiliki kesempatan yang sama untuk menerima manfaat dari kemajuan dalam pengobatan, pencegahan, dan manajemen HIV/AIDS.
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-2.jpg)
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-4.jpg)
Statistik dan Fakta Tentang HIV/AIDS
HIV/AIDS di Kabupaten Sukoharjo telah menjadi perhatian serius bagi Dinas Kesehatan setempat.
Hingga Oktober 2024, Dinas Kesehatan Sukoharjo mencatat total 980 kasus HIV/AIDS. Rinciannya adalah sebagai berikut:
1. 538 kasus HIV
2. 442 kasus AIDS
Pada tahun 2024, terdapat 56 kasus baru, yang terdiri dari:
1. 37 kasus HIV
2. 19 kasus AIDS
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-14.jpg)
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-16.jpg)
Data ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pencegahan HIV, prevalensinya masih cukup tinggi di Sukoharjo. Dengan adanya data ini, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk terus memperkuat upaya edukasi, deteksi dini, serta akses terhadap perawatan medis yang tepat, seperti terapi antiretroviral (ARV), untuk mendukung para ODHA.
“Stigma sosial adalah musuh besar yang perlu kita lawan bersama. Banyak ODHA yang enggan melakukan pemeriksaan atau menjalani pengobatan karena takut dicap negatif oleh masyarakat,” ungkapnya.
Sebagai upaya mendukung kesetaraan, pemerintah terus mendorong program Tes dan Konseling HIV Sukarela (VCT) yang memungkinkan masyarakat untuk memeriksakan diri secara anonim. Selain itu, pemerintah telah memperluas distribusi ARV ke fasilitas kesehatan di Sukoharjo untuk memastikan ODHA mendapatkan pengobatan yang mudah diakses.
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-3.jpg)
Penyuluhan dengan Narasumber Ahli
Acara ini menghadirkan dua narasumber kompeten:
• Dr. Taufik Ismail, Sp.KJ, spesialis kesehatan jiwa, yang menjelaskan pentingnya dukungan mental bagi ODHA. Ia menekankan bahwa dukungan emosional dapat membantu ODHA menerima kondisi mereka dan menjalani hidup yang lebih baik.
• Dr. Vasa Adi Wisnu W., Sp.PD, spesialis penyakit dalam, yang memberikan wawasan tentang cara pencegahan HIV/AIDS, termasuk manfaat terapi antiretroviral (ARV) untuk memperpanjang usia ODHA.
Diskusi berlangsung interaktif dengan banyak peserta bertanya mengenai mitos seputar HIV/AIDS dan langkah-langkah pencegahan. Moderator acara, Dr. Sri Mulyani, memastikan diskusi berjalan lancar dan edukatif.
Beberapa pertanyaan yg di ajukan pada dokter taufiq ismail dan dokter vasa adi wisnu.
I. Penularan HIV:
cara penularan HIV, termasuk:
- Kontak seksual tanpa pengaman: Ini adalah jalur penularan utama.
- Berbagi jarum suntik: Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi merupakan faktor risiko tinggi.
- Penularan dari ibu ke anak: Selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.
Dokter vasa juga menyebutkan bahwa HIV tidak menular melalui kontak fisik biasa seperti bersalaman, berpelukan, atau berciuman. Ini adalah informasi yang akurat.
II. Kehidupan Berdampingan dengan Penderita HIV:
Dokter taufiq menanyakan kemungkinan hidup berdampingan dengan penderita HIV. Kesimpulannya adalah bahwa hal ini mungkin, asalkan penderita HIV menjalani pengobatan yang konsisten. Ini adalah informasi yang pada umumnya benar.
III. Nasib Virus HIV Setelah Kematian Penderita:
Dokter vasa menanyakan apakah virus HIV mati setelah kematian penderita. Dokter menyatakan bahwa virus tidak lagi menular, tetapi tidak secara eksplisit menyatakan apakah virus tersebut mati. Informasi ini sebagian benar; virus tidak lagi dapat ditularkan, tetapi keberadaannya di dalam tubuh mungkin masih ada.
IV. Ketidakmampuan Menyembuhkan HIV:
Dokter vasa menjelaskan bahwa HIV sulit disembuhkan karena virus tersebut bergantung pada sel inang untuk bertahan hidup dan bereplikasi. Ini adalah penjelasan yang akurat.
V. Gangguan Kejiwaan Terkait HIV/AIDS:
Dokter taufiq menyebutkan beberapa gejala gangguan kejiwaan yang mungkin muncul, termasuk kecemasan, pikiran yang terganggu, kecurigaan, menarik diri dari masyarakat, dan banyak tidur. Ini adalah gejala umum yang dapat muncul pada individu yang menghadapi tekanan psikologis, termasuk diagnosis HIV.
VI. Respons Emosional Terhadap Diagnosis HIV:
Catatan mencantumkan berbagai respons emosional yang mungkin dialami oleh seseorang yang baru didiagnosis HIV, seperti penolakan, kemarahan, ketidakmampuan menerima, depresi, dan akhirnya penerimaan. Ini adalah gambaran yang realistis tentang proses penyesuaian emosional.
VII. Ketiadaan Vaksin HIV:
Catatan menanyakan mengapa belum ada vaksin HIV. Jawabannya menyebutkan bahwa pengembangan vaksin masih berlangsung dan masih dalam tahap pengembangan. Ini adalah informasi yang akurat.
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-16-1.jpg)
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-18.jpg)
Kampanye Kreatif Melalui Seni
Salah satu daya tarik acara ini adalah pameran seni bertema HIV/AIDS yang menampilkan karya-karya kreatif komunitas lokal. Lukisan, poster, dan instalasi seni menyampaikan pesan kuat seperti “ODHA Berhak Hidup Layak” dan “Stop Stigma”. Pameran ini tidak hanya memberikan edukasi visual tetapi juga menjadi sarana untuk menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya inklusi sosial.
Deklarasi Bersama untuk Kesetaraan
Sebagai penutup, peserta acara menyatakan deklarasi bersama untuk mendukung hak setara bagi ODHA. Petisi simbolis yang ditandatangani menunjukkan komitmen melawan diskriminasi dan stigma.
Upaya dan Program Pemerintah
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-23.jpg)
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo telah mengimplementasikan berbagai program untuk melawan HIV/AIDS, antara lain:
1. Tes dan Konseling HIV Sukarela (VCT)
Program ini bertujuan memberikan akses tes HIV secara gratis dan anonim di fasilitas kesehatan. Pelaksanaan VCT telah ditingkatkan di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo dan beberapa puskesmas.
2. Distribusi ARV
Obat antiretroviral (ARV) disediakan secara gratis di rumah sakit dan puskesmas untuk ODHA. Program ini dirancang agar pengobatan dapat menjangkau hingga wilayah pelosok.
3. Edukasi Berbasis Komunitas
Pemerintah Sukoharjo menggandeng komunitas lokal untuk melakukan penyuluhan tentang HIV/AIDS di tingkat desa. Pendekatan ini diharapkan mampu menjangkau masyarakat yang selama ini belum teredukasi secara maksimal.
4. Pelatihan Tenaga Kesehatan
Dinas Kesehatan memberikan pelatihan rutin kepada tenaga kesehatan tentang perkembangan terkini dalam penanganan HIV/AIDS. Hal ini bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan bagi ODHA.
5. Kampanye Publik
Selain talk show, kampanye melalui media sosial dan program radio lokal juga dilakukan untuk menjangkau lebih banyak masyarakat. Pesan yang disampaikan berfokus pada pentingnya pencegahan, tes dini, dan penghentian stigma terhadap ODHA.
![](https://www.stimsurakarta.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/talk-show-hak-setara-untuk-semua-bersama-kita-bisa-dinkes-meningkatkan-kesadaran-publik-tentang-hiv-aids-24.jpg)
“Melalui berbagai program ini, kami berharap dapat menciptakan masyarakat yang lebih peduli, inklusif, dan sadar akan pentingnya melawan HIV/AIDS bersama-sama,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Sukoharjo.
Harapan untuk Masa Depan
Acara ini menutup rangkaian peringatan Hari AIDS Sedunia di Sukoharjo dengan pesan yang mendalam: “Hak Setara untuk Semua, Bersama Kita Bisa.” Panitia berharap bahwa acara serupa dapat terus diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, mengurangi stigma, dan memperkuat solidaritas masyarakat terhadap ODHA.
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo juga berkomitmen untuk memperluas cakupan program HIV/AIDS di tahun-tahun mendatang, dengan melibatkan lebih banyak institusi pendidikan, komunitas, dan organisasi sosial. Upaya ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana ODHA dapat hidup dengan martabat dan mendapatkan hak-haknya tanpa diskriminasi. (habibi,aisyah,rindi, editor: azmi yudianto)