YAS’ALUNAKA: Banyak yang Berdo’a, Tapi Tidak Dikabulkan?
- 27 Agustus 2024
- Posted by: ADMIN IT
- Category: Fiqih Ibadah
Pertanyaan
Pak ustadz saya ditanya oleh teman dan sulit menjawabnya. Ini pertanyaannya ; Pada permainan sepakbola [Indonesia melawan Uzbekistan] bangsa Indonesia telah banyak berdo’a untuk kemenangan team Indonesia. Tentunya jumlah ummat Islam di Indonesia lebih banyak yang berdoa dibandingkan Uzbekistan. Di dalam Al Qur’an kita diperintahkan berdo’a dan Allah akan mengabulkan doa kita. Tetapi ternyata Indonesia kalah. Bagaimana penjelasan yang mudah diterima dalam masalah seperti ini. Terimakasih atas jawabannya.
Jawaban
Bismillahirrahmanirrahim,
Benar bahwa Allah swt memerintahkan kita untuk hanya berdoa dan meminta kepada-Nya. Berdoanya seorang hamba kepada Rabb-nya bukanlah sekadar transfer informasi kepada Tuhan soal apa saja yang sedang dibutuhkan. Tidak. Sebab sejatinya Allah swt Maha Mengetahui akan segala sesuatu. Yang kita nampakkan maupun yang kita sembunyikan. Yang kita minta ataupun tidak kita minta.
Berdoanya seorang hamba kepada Rabb-nya adalah bentuk hubungan yang baik antara dirinya dan Tuhan. Di dalam doanya terdapat ketundukan, kepasrahan, kerendahan hati sekaligus pengharapan.
Allah swt berfirman dalam QS Ghafir : 60
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ
Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”
Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa ayat ini berisi janji Allah swt yang akan memperkenankan atau mengabulkan doa yang dipanjatkan kepada-Nya. Sekaligus berisi ancaman bahwa orang yang enggan berdoa (meminta) kepadanya, mereka termasuk orang-orang yang berlaku sombong sehingga layak diganjar neraka. (lihat Tafsir Zad al-Masir, 4/43).
Hanya saja, Allah swt tidak selalu mengabulkan doa sesuai dengan yang diminta seorang hamba. Kadang-kadang Allah swt memberikan hal lain yang jauh lebih indah, manfaat dibanding hal yang dimohonkan. Atau bahkan Allah swt tidak mengabulkan permintaan seorang hamba, karena hakikatnya justru permintaan itu tidaklah baik baginya. Dalam hal ini semua bergantung pada ilmu Allah swt, keadilan, hikmah dan kebijaksanaan-Nya swt dan Allah swt Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Nabi Muhammad saw bersabda,
« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah swt -asalkan tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi- melainkan Allah swt akan memberinya tiga kemungkinan: [1] Allah swt mengabulkan do’anya (sesuai yang diminta) dengan segera, [2] Allah swt akan menyimpan doa tsb untuknya di akhirat kelak, dan [3] Allah swt akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi saw lantas berkata, “Allah swt nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad dari sahabat Abu Sa’id al-Khudriy ra)
Dari hadis ini kita belajar bahwa ada banyak hikmah dan rahasia di balik sebuah doa yang dipanjatkan kepada Allah swt. Dan di antara jumlah yang banyak itu; membangun husnuzan atau prasangka baik kepada Allah swt adalah yang utama.
Berdoa bukan acara voting di mana suara terbanyak yang kemudian dikabulkan. Berdoa juga bukan kita memaksa Tuhan agar selalu menuruti kemauan dan pinta kita. Berdoa adalah ibadah, berdoa adalah kewajiban.
Yang terpenting adalah kita tetap berdoa, memohon dan meminta hanya kepada Allah swt. Soal kapan dikabulkan? Di mana dikabulkan? Bagaimana caranya dikabulkan? Biarlah menjadi hikmah dan kebijaksanaan Tuhan Semesta Alam.
Yang pasti, tidak akan pernah rugi orang yang memanjatkan doa kepada-Nya, karena ia pasti menerima satu dari tiga kemungkinan kebaikan yang disabdakan Rasul Sang Junjungan.
Siapa yang bisa menjamin dengan pasti bahwa kemenangan dalam satu pertandingan adalah hasil yang terbaik? Bagaimana jika yang terbaik adalah sebaliknya? Misalnya dengan kekalahan, sebuah tim sepak bola akan sungguh-sungguh berbenah. Menjadi tim yang berlatih lebih giat, kuat secara mental, membangun secara serius pembinaan usia muda, memperbaiki kualitas liga, membersihkan nepotisme (baca: pemain titipan) dalam dunia sepak bola, dll.
..
Sebagai kesimpulan akhir dari uraian kami, jika saudara meminta penjelasan yang mudah diterima, maka penggalan QS Al-Baqarah 216 adalah jawabannya.
وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
Wallahu a’lam.
[Yas’alunaka-STIM Surakarta]
Bagi Anda yang ingin join grub belajar: FIQIH IBADAH, FIQIH MUNAKAHAH, dan FIQIH WARIS & MUAMALAH MALIYAH, silakan join grub wa YAS’ALUNAKA berikut ini https://chat.whatsapp.com/J69ZAbbqGz81NEsBB9xrdl
Bagikan link belajar FIQIH ini, kepada keluarga, saudara dan teman Anda. Semoga keridhoan Anda membagikan informasi ini, ada catatan amal kebaikan Anda untuk umat muslim.
Dibimbing oleh Ustadz Wildan Jauhari, Lc., M.H.