Blog
Perjuangan yang Berbuah Manis
- 10 December 2021
- Posted by: admin
- Category: Mimbar Mahasiswa

Perjuangan Yang Berbuah Manis
Oleh : Anis Nur Afifah
Editor : Sudarmadi Putra, M.Ud
Al-Qur’an ? Bukankah ia yang selalu kita baca setiap hari? Saat sholat pasti kita selalu melafadzkannya, nah Al-Qur’an adalah firman yang diturunkan oleh Allah setelah kitab injil. Al -Qur’an adalah penyempurna kitab –kitab lainnya, maka dari itu Al-Qur’an sangatlah mulia, pedoman bagi seluruh umat islam, kita sebagai umat islam yang beriman dianjurkan untuk mempelajarinya dan mengamalkannya, dalam kitab shahihnya, Imam Al-Bukhori meriwayatkan sebuah hadist dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Al qomah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-sulami dari Ustman bin Affan RA, Bahwa Rasullullah SAW bersabda,
خيركم من تعلم القرأن وعلمعه
“Sebaik baik kalian adalah yang belajar Al Qur’an dan mengamalkannya,”
Dari sabda diatas kita bisa menyimpulkan bahwa mempelajari Al-Qur’an itu termasuk anjuran untuk kita sebagai umat Nabi Muhammad, banyak hikmah dan keberkahan yang kita dapat disaat membaca Al- Qu’an. Bagi yang sering galau bisa loh menjadi obat kegalauan kita , karena hakikatnya Al-Qur’an adalah obat dari segala penyakit.
Al- Qur’an adalah firman Allah yang mulia, maka bersyukurlah kalian yang masih diberi kesempatan oleh Allah untuk mempelajarinya, terlebih tergerak dalam hati kita untuk menghafalkannya, segeralah kita menghafalkannya, sebenarnya menghafal Al- Qur’an itu mudah kok, tinggal kitanya gimana? Ada niatkah kita untuk menghafalkannya ? dan jangan lupa koreksi apa niat awal kita menghafal,
Mungkin pernah terbenak dalam hati kita ketika menghafal Al-Qur’an? Emangnya bisa ya ?kayaknya susah deh, kebanyakan manusia mungkin berfikir begitu, itu gak bener menurutku, menghafal Al-Qur’an itu mudah kok asal ada niat aja kita untuk menghafalkannya, Di zaman kita banyak penghafal Al-Qur’an yang buta, tuli ataupun tuna netra yang tidak diberi kesempurnaan oleh Allah, tapi buktinya mereka masih bisa menghafalkannya, malah kalah dengan kita yang diberi kesempurnaan oleh Allah dalam panca indra, mungkin mereka lebih semangat, sedangkan kita ? apa yang sudah kita berikan untuk Al-Qur’an ?, membacanya aja jarang apalagi menghafalkannya, sadarkah kita ? yang sudah diberi kesempurnaan, bersyukurlah kalian yang selalu dimudahkan yang selalu tergerak dalam hati untuk menghafalkan Al-Qur’an.
Sejatinya semua itu berawal dari kita sendiri, apakah ada kemauan dalam diri kita untuk menghafal, ,mungkin ada sih, tapi males, mulai dari sekarang lawan ego kita, lawan rasa males kita, mulailah kita untuk menghafalkannya, tenang ! menghafal Al Qur’an itu gak sulit kok, tinggal gimana kita istiqomah aja, berjuang dan terus berjuang,!
Saya mau berbagi pengalaman nih bagaimana awal perjuangan saya menghafal,?
Dulu memang sejak kecil aku memang sudah diajarkan Al-Qur’an, dari TK sudah diajari oleh guruku sampai Alhamdulillah aku bisa membaca Al-Qur’an, lulus dari Tk aku disekolahkan di SD Islam yang dimana disana juga diajarkan ilmu agama termasuk AlQur’an, nah mulai dari SD aku sudah memulai menghafalkan Al Qur’an dan Alhamdulillah lulus dari SD aku dapat menghafal 1juz lebih setengah, disitu aku masih biasa aja gak ada rasa senang apa gimana,? Maklum lah masih polosnya.
Setelah lulus SD aku melanjutkan sekolah menuju jenjang SMP yaitu di Pondok tahfidz di magetan, dari situ aku mulai berfikir emang bisa ya? Aku hafal segitu banyak a- Qur’an, berlembar – lembar, berjuz-juz lagi, emang bisa ya, ah aku hafal 15 juz ajalah, nanti kalau hafal banyak-banyak mesti jaganya susah, itu yang aku fikirkan semenjak masuk pondok.
Tapi seiring berjalannya waktu apapun kegiatan pondok kujalani termasuk menghafalkan Al- Qur’an, yang jadi motivasi semangat dalam menghafal adalah orangtuaku disetiap dijenguk tak ada kata lelah untuk bertanya “ Kamu sudah hafal berapa juz ndok ?” itu yang selalu menjadi motivasi disaat malas melanda, selalu ingat orang tua yang sudah banyak memberikan semuanya kepadaku ? lantas apa yang aku berikan ? masak mereka pengen aku jadi hafidzoh aja aku gak bisa mewujudkannya, disitulah semangatku mulai membara, dimulai dari juz 30 aku hafalkan dan tak lupa disetorkan, air mata ku selalu menetes disetiap setoran, entah apa yang aku rasakan, disetiap hafalan yang aku setorkan tidak lancar ada aja air mata nih mulai mendrama, waktu demi waktu berlalu, susah payah dalam menghafalku jalani, Alhamdulillah fikiran yang sempat terlintas dulu yaitu kesulitan menghafal tidak seperti yang aku bayangkan semua menjadi mudah jika diniatkan karena Allah.
Tak terasa sekarang aku sudah menginjak kelas 3 SMP dan Alhamdulillah perjuanganku tidak sia – sia bisa menghafalkan 15 juz Al Qur’an, syukur ku kepada Allah yang telah memudahkanku sampai aku bisa menghafalkannya, seperti biasa dipondokku kalau sudah mendapatkan 15 juz harus menuju tahap selanjutnya yaitu ujian 1 kali duduk 15 juz jika belum melaksanakannya maka dia tidak boleh ziadah/melanjutkan juz berikutnya, inilah saat – saat dimana fikirku mulai menyerah rasanya tak mungkin aku bisa melaksanakan ujian 15 juz 1 kali duduk, sungguh diluar dugaan, futur mulai melanda diri, rasanya tidak memungkinkan, tapi disisi lain aku berfikir jikalau aku sudahkan sampai disini gimana dengan orang tuaku yang menunggu hafidzohku, selain itu ada diantara temanku yang terus memotifasiku, disitulah rasa semangatku mulai membara lagi. Bismillah kucoba untuk terus mengulang-ngulang hafalanku, kuterus meminta doa kepada orang tuaku lewat via telepon, disela waktu kosongku terus digunakan untuk mengulang kembali hafalan-hafalanku, mempersiapkan semua yang mau diujikan setelah hari demi hari ku jalani,waktu demi waktu terus kuisi bersama Al qur’an, tak lupa disepertiga malam aku bangun untuk mengadu kepada Rabbku agar diberi kemudahan dalam memuroja’ah hafalan, tibalah waktu yang ditunnggu-tunggu hari ujian, grogi, merasa tidak bisa itulah yang aku rasakan saat itu, ku hanya bisa memotivasi diri, yakin aku bisa, ujian dimulai jam 6 pagi, sudah ada 1 ustadzahku dan teman temanku yang siap menguji hafalanku, kulantunkan ayat demi ayat dalam Al- Qur’an, ada selalu rasa cemas tapi semua itu ku tepiskan berusaha terus melanjutkan juz demi juz dalam Al- Qur’an. “Alhamdulillah, barakallah!” sorak gembira dari teman – temanku disambi menyalamiku dan memelukku, tepat jam 11 lebih aku menyelesaikan ujian 15 juzku, sujud syukurku kepadamu ya Rabb atas karuniamu yang telah memudahkan hamba untuk bisa menyelesaikan ujian ini, bahagia melandaku tak tau apa yang kurasakan saat itu,
Disinilah rasa futur mulai melanda kembali dikelas 1SMA, merasa sudah ujian, rasa rasanya sangat malas untuk melanjutkan hafalanku kembali ,disini aku mulai nyantai tidak seperti dulu sebelum aku ujian, akhirnya aku mendapat buah dari rasa malasku aku hanya mendapatkan 1 juz dalam jarak waktu 3 bulan, nyantai, masih belum sadar kalau perjuangan masih panjang, akh, biarlah (begitu batinku saat itu) tak ada rasa semangat, yang ada ya malas.
Kenaikan kelas pun tiba, sekarang aku menginjakkan kakiku dikelas 2 SMA, tak terasa hampir 5 tahun aku melanjutkan sekolahku disini, masih saja hafalanku hanya 18 juz, tak ada kenaikan sama sekali, hari demi hari kujalani, aku mulai beranjak dewasa dan setidakknya fikiranku juga harus mulai dewasa, kutebas kembali semua rasa malasku kumulai berfikir, kamu harus jadi hafidzoh,itulah yang ada dibenakku saat itu, fikirku melayang, selalu ku ingat nasihat orang tuaku disaat menjengukku “udah berapa ndok hafalannya? Nanti di surga bisakan hadiahkan umi sama abi mahkota?” seketika air mataku menetes, rasa bersalah selalu menghantui diriku, apa yang sudah aku berikan untuk orangtuaku selama ini,? Astagfirullah, kuberusaha bangkit dari rasa malasku, kumulai menghafal ayat demi ayat dalam al-Qur’an, ku rasakan perihnya perjuangan untuk menghafal, dan akhirnya perjuanganku tak sia-sia aku bisa ziadah 25 juz dan 2 kali tahapan 5 juz 2 kali duduk dalam waktu yang sangat singkat(setengah tahun lebih), ujian,ujian,ujian terus aku lelah, itu yang aku rasakan , kebanyakan mengeluh tapi apalah daya, ini yang harus kulakukan, ini kewajibanku membahagiakan orang tuaku, ku terus melangkah, melanjutkan perjuanganku.
Kelas 2 SMA pun telah usai, Alhamdulillah ku dapati hafalanku 27 juz, aku tak menyangka hafalanku hampir selesai, tinggal beberapa juz lagi, sujud syukurku selalu kuucapkan kepada Rabbku, seperti biasa sebelum naik ke kelas 6 para santri kelas 5 diwajibkan untuk mengikuti iktikaf selama 10 hari karena itu merupakan syarat kelulusan, tak terasa ramadhan tersisa 10 hari lagi inilah saat nya aku mengikuti iktikaf yang diwajibkan untuk seluruh calon Niha’i( kelas 6 ), di iktikaf kali ini ada program baru yaitu karantina tahfizh yang mana seluruh santri boleh ziadah ataupun menyetorkan hafalannya, adapun ustadzah yang siap mengampu kita,waktu demi waktu tak terasa terus berlalu, Ya Allah begitu sayangnya engkau kepada hambamu,yang selalu memudahkan dan memberi kesempatan kepada hambanya, terdengar riuhnya bacaan Al- Qur’an suara lantunan ayat Al-Qu’an memenuhi masjid dan membentuk halaqohnya masing-masing, karna karantina tahfiz jadi kita dibolehkan maju 5 kali dalam sehari, ayat demi ayat kuhafalkan dan tak lupa kusetorkan, hari demi hari terus berlalu dan aku masih dengan semngatku menyetorkan hafalanku yang bentar lagi selesai, menurutku sayang jika waktu kosong digunakan bukan untuk menghafal Al -Qur’an.
Aku capek,keluhku dalam hati, walaupun tinggal satu langkah lagi 1 juz lagi, rasanya sangat sulit untuk menghafalkannya, kenapa ya Allah kutanyakan keluhku kepada temenku dan ustadzahku ternyata jawaban mereka sama,”mungkin itu ujian untuk orang yang mau selesai hafalannya, ayat itu berarti pengen sama kamu terus.” dari situ ku coba untuk berfikir dan terus berusaha.
“Wahuwal azizul hakim.” air mataku menetes tak tau apa yang aku rasakan saat itu bahagia atau sedih yang pasti dihari itu aku bisa menyelesaikan hafalanku, ucapan selamat yang diberikan untukku dari teman-temanku dan ustdzahku, tak terasa perjuanganku kini tak sia-sia untuk kedua kalinya, kini ku mengecap manisnya perjuangan Alhamdulillah.
Perjuangan ku tidak hanya sampai disini masih ku harus melewati ujian tahapan setelah ku menyelesaikan ujian 30 juz menurutku sangat berat, ya walapun ujian ini tidak sangat diharuskan tapi ini semua aku anggap wajib, teringat selalu perkataan umiku, “ndok, setelah kamu menyelesaikan hafalanmu kamu bisa kan mempersembahkan untuk umi dan abi maju ujian 30 juz 1 kali duduk.” Aku hanya mengangguk (tanda jika menyanggupi) seketika batinku berkata apakah mungkin aku ujian 30 juz sedangkan aku sudah kelas 3 SMA banyak sekali ujian pondok yang harus aku lewati menurutku tidak banyak waktu untuk mempersiapkan ujian 30 juz, sedangkan jika aku harus melaksanakan 30 juz harus melalui ujian 15 juz dulu baru boleh ujian 30 juz.
Bismillah aku bisa dan aku yakin Allah memudahkan, itu yang aku prinsipkan saat itu,waktu demi waktu terus berlalu, aku jalani semua dengan penuh rasa santai, Alhamdulillah apa yang aku rasa tidak mungkin itu Allah memudahkan lewat program tahfizh/karantina tahfihz yang dilaksanakan oleh ustadzah bagian tahfihz, aku dan sebagian temanku ditawarin untuk mengikuti program baru itu untuk 1 semester ini, akhirnya aku dan sebagian temenku menerima tawaran ustadzahku menurutku lumayan buat persiapan ujian 30 juz.
Hari demi hari ku lewati, semester 1 pun berlalu hasilku sama aja belum ujian 15 juz satu kali duduk, disemester 2 ini ku terus berusaha, niatku awal masih sama bisa menyelesaikan ujian 30 juz, walaupun disemester 2 ini tambah sibuk yang tryout lah amaliah tadris( praktek mengajar) , hhh sudahlah aku harus berjuang, tepat bulan Februari aku mengajukan kepada ustadzahku untuk ujian 15 juz, ya walaupun bulan itu ada amaliyah tadris juga tapi keputusan ku sudah bulat tidak bisa diundur lagi, setelah aku jalani, kugunakan waktu untuk selalu muroja’ah, Alhamdulillah ujian 15 juz pun bisa ku laksanakan dengan dinyatakan lulus, syukurku tak lupa aku sembahkan kepada Rabbku.
Waktuku tinggal 3 bulan lagi untuk bisa ujian 30 juz, menurutku itu hal yang sangatlah mustahil karna waktu itu juga kelasku sering bolak balik mengikuti tryout, UN, dll, belum lagi ujian ebta, mungkin bisa dibilang bingung antara yakin atau tidak, “Apakah mungkin aku bisa ?” itu yang aku tanyakan pada diriku sekarang, huft, kubuang semua rasa ragu itu menjadi yakin, kuterus meluangkan waktu kosongku untuk muro’jaah, ku terus meluangkan waktuku untuk bangun disepertiga malamku, agar dimudahkan disetiap langkah – langkahku.
Bulan demi bulan berlalu kini saatnya Ujian tahfizh tiba, bagi kelas akhir memang diwajibkan untuk mengikuti ujian tahfidz, semua dibagi sesuai ujian tahapan yang telah dilaluinya, seluruh santri kelas akhir berkumpul dikelas, ustadzah pun mengumumkan jatah ujian untuk masing – masing santri, ada yang ujian 15 juz satu kali duduk ada yang ujian 5 juz tahap ke 3,4 dll, aku dan salah satu temanku yang sudah menyelesaikan 30 juz tahap akhir dan kini tinggal melangkah menuju tahap 30 juz satu kali duduk, ustadzahku menawarkan kepada kami,”gimana kalian sanggup gak ujian 30 juz?” ya walapun tidak diwajibkan hanya sebuah tawaran, mungkin aku bisa menolaknya atau mungkin boleh – boleh saja kami mengikuti ujian 15 juz saja, dari sini aku berfikir sejenak teringat kembali perkataan umiku yang menginginkan aku ujian sampai tahap akhir, dengan rasa mantap aku pun menyanggupi tawaran ustadzahku, temankupun juga menyanggupinya aku memaklumi kalau temanku menyanggupinya dia sudah setengah tahun lebih mempersiapkan ujian 30 juz mungkin sudah dhobit, kalau aku sendiri memuroja’ah hanya dalam kurun waktu 3 bulan apa bisa? Itu yang selalu yang membuatku selalu ingin menyerah, dengan azzam dan tekad yang kuat bismillah kuperjuangkan demi menjaga kitab sucinya.
Waktu demi waktu berlalu, hari berganti hari dan membawaku menuju hari yang aku nantikan, hari yang membuatku deg-degkan antara yakin dan tidak, sebelum hari H melaksanakan ujian, rasa yakin ku semakin menurun apa yang telah aku muroja’ah selama ini rasanya buyar dan tak memungkinkan aku melaksanakan ujian esok hari, dihari itu aku hanya membuka juz 9 dan 10, air mata ini selalu ingin menetes, aku lelah, pusing, “Ya Rabb apakah aku bisa melaksanakan ujian 30 juz diesok hari?” itu yang aku rasakan, kulihat dekoran yang telah dipersiapakan untukku telah tertata rapi di ruang aula rasa takutku semakin menjadi- jadi, malam harinya, aku hanya membuka juz 30 dihari itu malah aku tidak bisa memuroja”ah semua hafalanku aku hanya membukanya, pusing dan rasa takut terus menghantuiku, aku pun memilih untuk tidur lebih awal setelah isya’ aku berusaha membuka Qur’anku sebentar dan setelah itu tidur, tidurku semakin tidak nyenyak karna dihantui pertanyaan sukses atau tidak ya? lalu akupun terlelap.
“ bangun persiapan ujian.” Terdengar suara temanku yang membangunku tepat pukul setengah 2 malam tanggal 4 maret 2017, seketika ku terbangun rasa takutpun semakin aku rasakan, jantungku semakin kencang berdetak seolah mau ketemu sesuatu yang mngejutkan, berapa menit lagi aku melaksanakan ujian, lalu ku bergegas ke kamar mandi, kubuka – buka Al -Qur’anku sebentar, setelah itu aku disuruh naik keatas aula, terlihat sudah tertata rapi meja – meja dan para ustadzah serta adek kelas dan teman sekelasku yang siap untuk menyimakku melihat banyaknya orang didepanku sudah membuatku semakin grogi, bismillah aku pun duduk didepan khalayak santri kumulai melafadzkan ayat demi ayat, juz demi juz dalam Al -Qur’an, ada 3 sesi, setiap habis 10 juz dipersilahkan untuk istirahat haripun semakin siang semakin banyak yang menyimakku termasuk ibu – ibu kajian turut serta menyimakku. Dhuhur berlalu karna aku ada halangan dan tidak sholat aku pun tetap melanjutkan ayat demi ayat, ditengah tengan aku hampir menyelesaikan juz 29 umi dan abiku datang semakin membuatku semangat untuk menyelesaikan, memang aku pernah bilang ke orang tuaku,” umi abi nanti kalau aku ujian 30 juz dateng sekalian nginep ya!” dengan mimik wajah yang sangat bahagia dan sangat menyanggupi apa yang aku minta,ustadzahku juga mewajibkan bagi orang tua yang anaknya melaksanakan ujian 30 juz untuk datang karna disitu ada kebahagian tersendiri melihat anak nya sukses. Adzan ashar pun berkumandang dan Alhamdulillah aku bisa menyelesaikan 29 juz yang dimana kurang 1 juz aku tuntas ujian, karna seperti biasa setelah ashar pihak pondok selalu mendatangkan ibu- ibu pengajian yang diampu oleh ustadzahku sendiri dan mendatangkan ustadz –ustadz untuk ikut menyimak, yang bertujuan sebagai rasa syukur dan motivasi, setelah itu ustadzahku menyuruhku untuk menyisakan 1 juz yaitu juz 30 agar mereka ikut menyimak, pukul 04.00 tepat aku pun memulai kembali, ayat demi ayat pun kulafadzkan dengan penuh rasa hati-hati agar tak ada salah yang terucap.
“qul audzubirobbinnnas, malikinnas, ilaahinnas, min saarril waswassil khonnas, alladziyuwaswisufi sudurinnas, minal jinnati wannas,” air mataku perlahan menetes, suaraku kaku untuk melafadzkan surat terakhir yang aku baca, aku tak bisa menahan rasa haruku, langsung ku lanjutkan sujud setelah ku menyelesaikan ujianku, mata ku langsung tertuju ke orang yang selama ini menjadi motivator sampai aku bisa melaksanakan ujian ini, tepat duduk didepan ku berjalan dengan tanggis bahagia, ku peluk erat lalu ku bisikkan “ terimakasih umi,” senyum bahagia terpancar diwajah tuanya, seluruh orang yang melihat ikut merasa haru, lalu kulanjutkan dengan membaca doa khatmil qur’an, “Umi,Abi ini hadiah untuk kalian didunia dan kelak diakhirat insya Allah ku akan bawakan mahkota yang dulu pernah kalian pesan” tangis haru masih menyeliputi ku, ku masih tak menyangka bisa menyelesaikannya,lalu satu demi satu orang mengucapkan selamat untukku.
Syukur yang tak bisa ku gambarkan, lelah yang dulu selalu ku keluhkan, air mata yang dulu selalu ku teteskan, doa yang selalu ku panjatkan, motivasi yang selalu mereka berikan, kini tak ada kata sia-sia, perjuanganku berbuah manis. Alhamdulillah
Nah, buat temen – temen semua yang mau ngafal Al qur’an gampangkan? Semua itu tergantung niat,usaha, dan jangan lupa doa ya, motivasi juga karna itu adalah pendorong kesuksesan kita juga lho, carilah alasan yang membuatmu tergerak untuk bisa sukses menghafal, sekian dari saya, Jazakumullah khoiron.