Blog
KARAKTERISTIK ORANG KAFIR
- 6 Maret 2021
- Posted by: ADMIN IT
- Category: Mimbar Dosen

Oleh : Sudarmadi Putra, M.Ud
Allah subhaanahu wa ta’aalaa menurunkan Al-Qur’an untuk seluruh manusia, dijadikan sebagai pedoman kehidupan ( نظام الحياة ), dan sebagai rahmat bagi Alam semesta. Sesiapa pun yang percaya dan beriman kepada kalam-Nya niscaya akan selamat dan sebaliknya yang tidak mau mempercayai dan mengimani sudah pasti akan binasa dan tersesat. Pendustaan ( تكذيب ) terhadap Allah dan rasul-Nya serta ajaran-ajaran yang dibawanya itulah yang disebut kafir. Pengertian ini umumnya dipegang oleh aliran Ahlu Sunnah wal Jama’ah.
Kata kafir merupakan ism fa’il(kata pelaku) dari ( كفر – يكفر – كفر) yang mengandung beberapa arti, antara lain ‘menutupi’, ‘melepaskan diri’, ‘menghapus’, dan ‘menyembunyikan’. Di dalam Al-Qur’an kata kafir dan yang seasal dengannya disebut 525 kali. Dalam Al-Qur’an banyak penjelasan tentang perbuatan dan keyakinan rusak orang-orang kafir serta perangai dan karakteristik mereka yang buruk. Diantaranya, :
1) Hati Mereka penuh dengan Hasad (rasa iri ), sebagaimana firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً
Artinya : Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka) ( QS An-Nisaa’ : 89)
Hati mereka penuh hasad (rasa iri) terhadap kaum Mukminin yang telah mendapatkan nikmat iman dan mereka berharap nikmat iman itu lenyap dari kaum Muslimin. Hasad inilah yang mendorong mereka berusaha menyesatkan orang beriman. Tak henti-hentinya, orang-orang kafir membuat makar dan propaganda kepada kaum Muslimin, berusaha mencelakakan dan merusak citra baik yang yang sudah melekat pada dari kaum Muslimin. Mereka berpura-pura membantu, berprilaku dan berperangai terpuji supaya bisa mengambil manfaat dibalik semua ini. Namun, Allah subhaanahu wa ta’aalaa membongkar kedok mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil orang-orang yang di luar kalanganmu (orang kafir) menjadi teman kepercayaanmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.” (QS. Ali ‘Imran : 118 )
Orang yang sudah dibutakan oleh kepentingan, tidak akan bisa lagi melihat yang jalan lain yang dapat menjadi alternative. Matanya tak akan sudi melihat dan telinganya tak akan sudi mendengar alaternatif tersebut. Dunianya adalah apa yang sedang ia lalui. Itulah kepentingan hidupnya. Ia tidak menginginkan kepentingannya itu terganggu. Untuk kepentingannya itu, ia akan mempertaruhkan hidup dan nyawanya terutama orang-orang beriman yang telah mulai mengusik kepentingannya. Mereka tahu dengan baik bahwa keimanan itu akan merusak keistimewaan yang telah mereka dapati. Keistimewaan itulah yang menjadi taruhan mereka tetap kafir, dan tidak menerima iman akan kebenaran. Akhirnya hati mereka menjadi inshiraf (dipalingkan), Dhoyiq dan Haroj (sesak lagi sempit), Thab’u” (terkunci mati), Hati Qosiyah (membatu), Ar-Rain (tertutup) dan Khotm (terkunci mati).
2) Sombong, karakteristik ini pasti dimiliki oleh orang kafir. Lihat saja kenapa Iblis disifati kafir oleh Allah, karena Iblis memiliki kesombongan, merasa lebih baik, lebih hebat, lebih benar, lebih kuat, lebih taat, lebih tahu, sehingga karena keangkuhannyalah akhirnya Allah mengusirnya dari surga dan menjadikannya musuh. Maka siapapun yang mengikuti karakter dan perangai ini niscaya akan menjadi muridnya iblis yang akan binasa. Sebagaimana firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Artinya :“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Tunduklah kamu kepada Adam.’ Lalu mereka tunduk kecuali Iblis; ia enggan dan congkak dan adalah ia termasuk orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 34)
Dalam ayat yang lain :
إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ قُلُوبُهُمْ مُنْكِرَةٌ وَهُمْ مُسْتَكْبِرُونَ
Artinya : Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong.(QS An-Nahl : 22 )
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى
Artinya : “Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa….” (QS Al-Fath: 26).
Orang-orang kafir ketika mereka diajak untuk mengikuti kebenaran timbul dalam hatinya sifat hamiyah jahiliyah, yaitu kefanatikan jahiliyah dan berhala mereka, sehingga mereka menolak kebenaran tersebut. Sebagian umat Islam kadang terjangkit penyakit hamiyah ini, mereka fanatik dengan otak dan nalar yang mereka miliki, sehingga menutupi mereka dari mengikuti kebenaran. Demikian juga fanatik suku dan fanatik kenegaraan atau disebut paham nasionalisme. Sampai-sampai mereka membuat “manhaj” Islam Nusantara, saking nasionalismenya. Sebaliknya orang-orang beriman ketika dihadapkan pada masalah yang pelik dan rumit, mereka tetap tenang dan berfikir jernih, menggunakan nalar dan akal jernih. Akhirnya mereka menjadi kufr al-ingkar ( كفر الإنكار ) yakni kafir terhadap Allah, para Rasul serta semua ajarannya, dan hari akhirat. Mereka percaya kepada materi saja. Kekuatan gaib hanya dipahami sebagai gejala alamiah dan yang membinasakan manusia menurut mereka adalah waktu, seperti dalam surah Al-Baqarah ayat 212.
3) Taklid buta, karateristik yang ketiga ini, tampak menjadi ciri khas mereka. Mereka menolak semua fakta dan data yang berasal dari Allah subhaanahu wa ta’aalaa, mereka hanya mengikuti tradisi dan adat istiadat serta kebeiasaan nenek moyang mereka, tanpa dalil, petunjuk dan tanpa kitab suci. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
Artinya: Apabila dikatakan kepada mereka : “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul. “Mereka menjawab : Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. “Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak pula mendapat petunjuk ( QS. Al-Maidah : 104 )
Taklid buta mereka bukan hanya dalam hal spritual vertikal, tapi juga tentang gaya hidup ( life style). Maha benar Allah dengan segala perkataann-Nya, dalam surah Muhammad ayat 12, Allah subhanahu wata’ala menjelaskan dan menerangkan tentang gaya hidup ( life style) orang – orang kafir dalam menikmati kehidupan dunia ini. Maka kedudukan makhluk seperti ini akan sejajar bahkan di bawahnya dengan sederet para makhluk yang menjijikan dan menghinakan, lihatlah seperti babi, kera, tikus, anjing dan seterusnya.
Realita yang kita lihat sekarang ini banyak orang yang seperti itu. Maka manusia telah hilang esensi fitrahnya untuk mengabdikan dirinya kepada sang kholiq yang telah menciptakannya. Maka manusia yang menjadi makhluk terbaik bergeser menjadi makluk terburuk bahkan lebih buruk dari pada binatang. Sa’diy dalam kitab Taisir al-Karim ar-rahman fi tafsir kalam manan, beliau mengatakan : “ Setiap disebut kata kafir selalu inotasinya negatif, dari derajat manusia jatuh ke level yang paling rendah, yaitu binatang, yang tidak memiliki akal dan kelebihan, yang ada dibenak mereka adalah hanyalah bersenang- senang dan menturuti hawa nafsu. Aktifitas mereka tidak ada yang mengandung nilai kebaikan dan kebahagian.”
At-Thabrani mengatakan : “Kehidupan orang kafir hanya makan dan minum sampai kenyang tanpa mengerti apa yang akan dia kerjakan besok hari, makannya seperti makannya binatang, tidak mengerti untuk apa dia makan, orang kafir itu adalah orang bodoh. Sungguh orang-orang kafir hanya bisa mengekor saja seperti para hewan.
Wallahu ‘alam bi shawab