Blog
Oleh : Sudarmadi Putra, M.Ud
Allah subhaanahu wa ta’aalaa memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya melaksanakan shiyam/puasa agar menjadi orang yang bertaqwa. Imam as-syaukani menjelaskan bahwa Taqwa adalah puncak dari segala sesuatu dari tujuan amal kebaikan yang dilakukan oleh manusia. Allah subhaanahu wa ta’aalaa telah memberi petunjuk kepada manusia semua, bahwa sebaik- baik bekal adalah dengan taqwa. Dalam redaksi ayat ayat al-Qur’an dan hadis kata taqwa bisa datang dalam berbagai bentuk.
Dalam al-Qur’an kata ini disebut 258 kali dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Secara etimologi kata ini merupakan bentuk mashdar dari kata ( اتقى – يتقى ) yang berarti “menjaga diri”. Kata ini berasal dari kata ( وقى – يقي- وقاية ) yang berarti “ menjaga diri”, “menghindari”, “menjauhi” dari segala sesuatu yang membahayakan dirinya dari siksaan Allah dengan jalan menghindarkan diri dari segala yang dilarang-Nya serta mengerjakan segala yang diperintahkan-Nya. Penggunaan kata (أَتْقَاكُمْ ) menunjukan bahwa taqwa mempunyai tingkatan-tingkatan. Perbedaan tingkatan tersebut sangat ditentukan oleh kualitas keimanan da ketaatan seseorang dalam melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah subhaanahu wa ta’aalaa.
Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” QS. Ali Imron 102 )
Abu Ja’far Ath-Thabari menjelaskan :
يعني بذلك جل ثناؤه: يا معشر من صدّق الله ورسوله =”اتقوا الله”، خافوا الله ورَاقبوه بطاعته واجتناب معاصيه “حقّ تُقاته”، حقّ خوفه، وهو أن يُطاع فلا يُعصى، ويُشكر فلا يكفر، ويُذكر فلا يُنسى”ولا تموتن”، أيها المؤمنون بالله ورسوله =”إلا وأنتم مسلمون” لربكم، مذعنون له بالطاعة. مخلصون له الألوهةَ والعبادة
Artinya : “ wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya, Bertaqwalah kalian kepada Allah, takutlah kamu kepada Allah dengan selalu merasa diawasi) sehingga kalian menaatinya dan menjauhi seluruh laranganya dengan rasa takut yang sebenarnya, Dialah Allah yang ditaati sehingga tidak dimaksiati, Dialah yang disyukuri sehingga tidak dikufuri, Dialah Allah yang selalu di ingat dan tidak dilupakan. Wahai kaum yang beriman kepada Allah dan Rasulnya. Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam, yakni tunduk dan patuh dalam ketaatan kepada-Nya, juga dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya.
Tafsir dalam ayat ini adalah “Wahai segala mereka yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sempurna-sempurna takwa (laksanakan seluruh kewajiban dan jauhilah segala yang dilarang). Yakni, wajib atasmu bertaqwa akan Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, yaitu mengerjakan segala perintah Nya dan wajib menjauhi segala larangannya.”
Ali bin abi Thalib Radiallahuanhu memberikan definisi taqwa yang lebih rinci, Beliau berkata :
التقوى هي الخوف من الجليل و العمل بالتنزيل والرضا بالقليل و الإستعداد ليوم الرحيل
Artinnya : “ Taqwa adalah takut kepada Allah, beramal sesuai yang diturunkan (Al-Qur’an dan As-sunnah), menerima dengan yang sedikit dan selalu senantiasa bersiap-siap menempuh untuk hari perjalanan menghadap Allah.
Ketaqwaan seseorang barometernya dapat dilihat sejauhmana rasa takutnya kepada Allah, dia sangat takut jika banyaknya ilmu yang melekat pada dirinya belum menjadikan dirinya takut. Atau disisi lain dia akan merasa ketakutan jika masih banyak hadis –hadis Nabi SAW yang belum dia dengar maupun diamalkan. Sebagaimana alkisah yang terjadi pada panutan umat terbaik, seorang sahabat senior yang bernama Jabir bin Abdullah mendatangi sahabat yang lebih junior yakni Abdullah bin anis untuk mendapatkan dan mendengar langsung satu hadis tentang qishas, walaupun jarak yang sangat jauh dan membutuhkan dana yang sagat besar tidak membuat nyali Jabir bin Abdullah ciut mengingat dia tinggal di madinah mendatangi sahabatnya yang tinggal di mesir. Jabir bin Abdullah berkata : “ aku takut, jika kelak aku mati masih ada hadis nabi yang belum aku dengar” lihatlah rasa takutnya kepada Allah sangat luar biasa. Perjalanan yang sangat jauh dan ditempuh selama satu bulan hanya untuk satu hadis. Merintangi lembah padang pasir yang gersang, berjalan baik di siang hari yang cukup terik dan panas maupun di malam hari yang cukup dingin yang dapat menusuk tulang rusuk. Itu semua tidak membuat para thalibul hadis goyah, justru membuat mereka gagah untuk meraih taqwa.
Seorang Tabi’in, Umar bin abdul Aziz Rahimahullah juga memberikan makna taqwa
ليس تقوى الله بصيام النهار ولا بقيام الليل و التخليط فيما بين ذلك و لكن تقوى الله ترك ما حرم الله و أداء ما افترض الله فمن رزق بعد ذلك خيرا فهو من خير إلى خير
Artinya : “ ketaqwaan kepada Allah bukanlah terletak pada puasanya seseorang di siang hari dan shalatnya ditengah malam maupun hal –hal yang dia kerjakan di waktu – waktu itu, akan tetapi ketaqwaan kepada Allah terletak pada meninggalkan apa-apa yang diharamkan Allah dan mengerjakan semua kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan dan barang siapa yang telah diberi rezeqi sesudah itu maka itu merupakan kebaikan menuju kebaikan.”
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَنْ يَزَالَ بِخَيْرٍ مَا اتَّقَى اللَّهَ
Artinya : “Dan sesungguhnya ada orang diantara kalian yang akan senantiasa dalam kebaikan selama ia bertakwa kepada Allah” (HR.Bukhari )
Hal senada juga Dikatakan bahwa Umar bin Khaththab pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab mengenai taqwa. Lalu Ubay bertanya kepadanya: “Apakah engkau pernah melewati jalan berduri?” Umar menjawab: “Ya” Ubay bertanya lagi: “Lalu apa yang engkau lakukan?” Umar menjawab: “Aku akan berusaha keras dan bersungguh-sungguh untuk menghindarinya.” Lalu Ubay mengatakan: “Itulah taqwa.”
Seseorang yang bertaqwa disebut Muttaqiin, Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata: “Al-Muttaqiin adalah orang-orang mukmin yang sangat takut berbuat syirik kepada Allah dan senantiasa taat kepada-Nya. Dalam riwayat yang lain juga dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata: “Al-Muttaqiin adalah orang-orang yang senantiasa menghindari siksaan Allah Ta’ala dengan tidak meninggalkan petunjuk yang diketahuinya dan mengharapkan rahmatNya dalam mempercayai apa yang terkandung dalam petunjuk tersebut.”
Demikian pemahaman para salafus shaleh memahami makna taqwa. Maka mereka pun mengejarnya. Gelar yang paling mulia di sisi allah swt adalah taqwa. Taqwa tidak melihat seseorang itu dari status social, jenis kelamin, bangsa dan Negara, warna kulit, ningrat ataupun budak akan tetapi gelar taqwa dapat diperoleh siapa saja yang bersungguh-sungguh untuk mendapatkanya. Sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah Menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami Jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti. ( QS. Al-Hujurat : 13 )
Dan dikuatkan dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ ». وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati kalian.” (seraya mengisyaratkan telunjuknya ke dada beliau). ( HR. Muslim )
Maka jadilah orang-orang bertaqwa, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِي الْمُتَّقُونَ مَنْ كَانُوا وَحَيْثُ كَانُوا
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang paling utama bagiku adalah orang-orang yang bertakwa, siapa pun dan dimana pun mereka berada. ( HR. Ahmad )
Sebagai penutup, sebuah mutiara mengatakan :
كم من مشهور في الأرض مجهول في السماء و كم مجهول في الأرض معروف في السماء
المعيار التقوى و ليس اللأقوى ” إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ”
Artinya : “Betapa banyak orang yang terkenal di bumi, tapi tidak dikenal di langit dan betapa banyak orang yang tidak dikenal di bumi, tapi dikenal di langit. Tolak ukurnya adalah ketaqwaan bukan kekuatan “Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa”
Teruslah berdo’a, agar kita menjadi muttaqiin dimanapun dan kapanpun kita berada.
Wallahu a’lamu bish shawab
Penulis : Oleh : Sudarmadi Putra, M.Ud
Tulisannya bermanfaat, untuk lebih mengenal diri terhadap pemurnian ‘ibadah kepada Allah SWT dan kebenaran yg disampaikan oleh
Rasul Nabi Muhammad SAW.
Maasya Alloh Baarokallohufiikum Ustdzy semoga bermanfaat Ilmu yang disampaikan.. dan terus menjadi ladang kebaikan.