Blog
Oleh : Sudarmadi Putra, M.Ud
Khalid bin Walid mengirim surat kepada Kaisar Persia : “ Peluklah agama Islam maka kalian akan selamat, atau akan aku kirimkan kepadamu pemuda yang cinta kematian sebagaimana kalian yang cinta dunia.” Ketika membaca surat tersebut Kaisar Persia menyurati Raja Cina dan memohon bantuan darinya, maka Raja Cina menjawab surat tersebut : “Wahai Kaisar, aku tak sanggup menghadapi kaum yang adaikata mereka ingin memindahkan gunung, maka akan dipindah gunung tersebut. “
Umat Islam Pernah jaya, Izzahnya begitu mulia, adab dan akhlaknya membuat orang terkesima, musuh-musuh menjadi ciut dan tunduk tak bisa berbuat apa-apa, sehingga menjadi kaum yang mendunia. Kwalitas dan kwantitas umat Islam benar – benar sudah mencapai puncaknya, lalu bagaimana dengan realita saat sekarang ini? Sungguh prihatin dengan kondisi Umat Islam saat ini, umat yang pernah jaya itu kini menjadi bulan- bulanan, menjadi kambing hitam, menjadi momok, menjadi bahan yang pantas untuk diejek, disudutkan bahkan diperubutkan layaknya sebuah hidangan. Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengabarkan bahwa kelak di masa yang akan datang ummat Islam akan berada dalam keadaan yang sedemikian buruknya sehingga diumpamakan sebagai laksana makanan yang diperebutkan oleh sekumpulan pemangsanya.
Kenapa bisa yang jaya kini menjadi binasa, yang maju menjadi mundur. Ternyata ada penyakit yang menyebabkan kekalahan dan kemunduran dari tubuh umat Islam ini. Penyakit- penyakit itulah yang harus segera diobati, kalau tidak kejayaan tidak akan berpernah kembali hanya sekedar mimpi.
Penyakit- penyakit itu semua sudah Allah subhaanahu wa ta’aalaa jelaskan, di dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, yang mana keduanya merupakan أَصْدَقَ الْحَدِيثِ yang Sebenar-benar perkataan dan أَحْسَنَ الْهَدْيِ sebaik-baik petunjuk. Diantaranya sebagai berikut :
1. Saling Berselisih
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya : “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar. ( QS. Al-Anfal : 46 )
Ibnu Kastir Rahimahullah berkata :
فَأَمَرَ تَعَالَى بِالثَّبَاتِ عِنْدَ قِتَالِ الْأَعْدَاءِ وَالصَّبْرِ عَلَى مُبَارَزَتِهِمْ ، فَلَا يَفِرُّوا وَلَا يَنْكُلُوا وَلَا يَجْبُنُوا ، وَأَنْ يَذْكُرُوا اللَّهَ فِي تِلْكَ الْحَالِ وَلَا يَنْسَوْهُ بَلْ يَسْتَعِينُوا بِهِ وَيَتَّكِلُوا عَلَيْهِ ، وَيَسْأَلُوهُ النَّصْرَ عَلَى أَعْدَائِهِمْ ، وَأَنْ يُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ فِي حَالِهِمْ ذَلِكَ . فَمَا أَمَرَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى بِهِ ائْتَمَرُوا ، وَمَا نَهَاهُمْ عَنْهُ انْزَجَرُوا ، وَلَا يَتَنَازَعُوا فِيمَا بَيْنَهُمْ أَيْضًا فَيَخْتَلِفُوا فَيَكُونَ سَبَبًا لِتَخَاذُلِهِمْ وَفَشَلِهِمْ
Artinya : “Allah SWT memerintahkan untuk teguh dalam memerangi musuh dan sabar dalam berlaga dengan mereka di medan perang. Tidak boleh lari, tidak boleh mundur, dan tidak boleh berhati pengecut. Dan hendaklah mereka selalu menyebut nama Allah dalam keadaan itu, tidak boleh melupakan-Nya. Bahkan hendaklah meminta pertolongan kepada-Nya, bertawakal kepada-Nya, dan memohon kemenangan kepada-Nya dalam menghadapi musuh- musuh mereka. Dan hendaklah mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam keadaan tersebut, segala apa yang diperintahkan Allah kepada mereka harus mereka lakukan, dan semua yang dilarang-Nya harus mereka tinggalkan. Dan janganlah mereka saling berbantahan diatara sesama mereka yang akibatnya mencerai beraikan persatuan mereka sehingga mereka akan dikalahkan dan mengalami kegagalan.”
Dalam tafsir diatas menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi umat Islam, bahwa kekuatan dan persatuan yang dimiliki umat ini akan hilang, keberaniannya akan menyurut pudar. Jika diantara mereka suka saling berselisih dan berbantah-bantahan. Diawali dengan ketaatan penuh dan totalitas kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai modal utama untuk meraih kemenangan dalam berbagai hal, walaupun ditengah- tengah perjalan mengalami kebuntuan dan rintangan yang menghadang, diakhiri dengan kesabaran apapun hasilnya. Inilah arahan dan pedoman yang telah hilang di tubuh umat ini. Penyakit yang menimpa umat ini mudah sekali untuk menyelisihi dan berselisih. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar apalagi dalam masalah khilafiyah yg sifatnya tanawwu’, Yang paling penting hendaknya kita sikapi perbedaan pendapat itu dengan baik, jangan berbantah-bantahan sehingga menimbulkan perselisihan.
Dikuatkan lagi dengan firman Allah :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Artinya : “Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah Mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. ( QS. Ali-Imran 103 )
Al-‘Allamah As-Sa’di rahimahullah berkata :
ثم أمرهم تعالى بما يعينهم على التقوى وهو الاجتماع والاعتصام بدين الله، وكون دعوى المؤمنين واحدة مؤتلفين غير مختلفين، فإن في اجتماع المسلمين على دينهم، وائتلاف قلوبهم يصلح دينهم وتصلح دنياهم وبالاجتماع يتمكنون من كل أمر من الأمور، ويحصل لهم من المصالح التي تتوقف على الائتلاف ما لا يمكن عدها، من التعاون على البر والتقوى، كما أن بالافتراق والتعادي يختل نظامهم وتنقطع روابطهم ويصير كل واحد يعمل ويسعى في شهوة نفسه، ولو أدى إلى الضرر العام….
“Kemudian Allah ta’ala memerintahkan mereka dengan apa-apa yang dapat menolong mereka di atas ketaqwaan, yaitu persatuan dan berpegang-teguh dengan agama Allah; yang menjadikan dakwah kaum mukminin adalah dakwah yang satu, menyatu dan tidak saling berselisihan. Sesungguhnya dalam berkumpulnya kaum muslimin di atas agama mereka dan persatuan hati-hati mereka, ada kebaikan kebaikan bagi agama dan dunia mereka. Dengan persatuan, mereka dapat mengatasi suatu perkara. Mereka memperoleh banyak kebaikan yang tidak terhitung jumlahnya karena persatuan mereka itu, dari sikap saling tolong-menolong dalam ketaqwaan dan kebaikan. Seperti halnya perpecahan dan permusuhan akan mengakibatkan aturan (perikehidupan) menjadi rusak, memutuskan tali kekerabatan/persaudaraan, serta menjadikan setiap orang berbuat dan berjalan demi kepuasan syahwat pribadinya semata; meskipun mengakibatkan kerugian bagi masyarakat…” [selesai].
Perselisihan akan mengakibatkan kehancuran. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan :
وَقَالَ : كِلَاكُمَا مُحْسِنٌ، وَلَا تَخْتَلِفُوا، فَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ اخْتَلَفُوا فَهَلَكُوا
Artinya : “”Kamu berdua telah melakukan kebaikan dan janganlah kalian berselisih karena orang-orang sebelum kalian berselisih hingga akhirnya mereka binasa”.
2. Saling bermusuhan
Penyakit ini lebih berbahaya, karena hanya bukan dari kelompok dan jama’ahnya, mereka saling menghalalkan darah dan kehormatannya. Seharusnya umat ini saling menopang, membela, melindungi, mencintai kepada sesama saudara muslim, al-wala’ dan barra’ harus jelas, kepada siapa kecintaaannya diberikan dan kepada siapa permusuhan ditimpakan. Maka kalau hal itu tidak dipahami, kehancuran, kekacaun dan kerusakan di muka bumi akan terjadi, sebagaimana firman Allah :
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
Artinya : “Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka melindungi sebagian yang lain. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah Diperintahkan Allah (saling melindungi), niscaya akan terjadi kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar.” ( QS. Al-Anfal : 73)
Lebih jelas lagi Allah ta’ala terangkan dalam surah Al-Maidah ayat 54 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan Mendatangkan suatu kaum, Dia Mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir.
3. Cinta dunia dan takut mati
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya : “Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.( QS. Ali Imran : 139)
Ibnu Abbas Radhiallahu‘anhu berkata :
{ وَلاَ تَهِنُوا } لا تضعفوا مع عدوكم { وَلاَ تَحْزَنُوا } على ما فاتكم من الغنائم يوم أحد ولا على ما أصابكم من القتل والجراحة { وَأَنْتُمُ الأَعْلَوْنَ } آخر الأمر لكم بالنصرة والدولة { إِنْ كُنْتُمْ } إذ كنتم { مُّؤْمِنِينَ } أن النصرة والدولة من الله
Artinya :
Wa lā tahinū (dan janganlah kalian bersikap lemah), yakni janganlah kalian bersikap lemah terhadap musuh kalian. Wa lā tahzanū (dan jangan pula kalian bersedih hati) karena ghanimah yang luput dari kalian pada Perang Uhud, sebab Allah Ta‘ala akan Memberikan pahala kepada kalian di akhirat. Demikian pula, janganlah kalian berduka karena pembunuhan dan luka-luka yang menimpa kalian. Wa aηtumul a‘launa (kalianlah orang-orang yang paling tinggi), yakni yang memperoleh kemenangan dan kekuasaan di akhir perjuangan. Ing kuηtum (jika kalian), yakni karena kalian Mu’minīn (orang-orang yang beriman) bahwa kemenangan dan kekuasaan itu berasal dari Allah.
Allah subhaanahu wa ta’aalaa memberitahu kepada umat Islam jangan merasa lemah, hina, takut terhadap kehebatan, kekayaan, kecanggihan, kemajuan yang tampak pada musuh, tapi umat ini harus menunjukkan, kegigihan, keberanian, kelebihan yang dimiliki kaum muslimin jauh lebih baik dan hebat dibanding yang dimiliki musuh.
Jangan takut akan kehilangan dunia, baik harta maupun jiwa, karena kehidupan akhirat jauh lebih nikmat dibanding dunia yang fana ini. Maka marilah kembali seperti generasi dahulu yang mana mereka lebih mencintai kematian untuk menuju kehidupan abadi dan musuh memilih kehidupan dunia untuk menuju kerugian yang abadi.
Wallahu ‘alam bishawab
Penulis : Oleh : Sudarmadi Putra, M.Ud
