Blog
MENCETAK PEMIMPIN YANG TANGGUH
- 2 Maret 2021
- Posted by: ADMIN IT
- Category: Mimbar Dosen
Oleh : Sudarmadi Putra, M.Ud
MIMBAR| Untuk Mencetak pemimpin yang tangguh lagi shaleh bukanlah perkara mudah. Akan tetapi kesukaran tersebut pun terurai dengan Kalamullah yang merupakan أَصْدَقَ الْحَدِيثِ yang Sebenar-benar perkataan, dan petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena merupakan أَحْسَنَ الْهَدْيِ sebaik-baik petunjuk.
Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman :
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya : “Dan nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah Mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana Thalut memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripada-nya, dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi) menjawab, “Allah telah Memilihnya (menjadi raja) kamu dan Memberikan kelebihan ilmu dan fisik.” Allah Memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia Kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui. ( QS. Al-Baqarah : 247 )
Rasulullah SAW bersabda :
« خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ « لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ
Artinya : “”Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo’akan kalian dan kalian mendo’akan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka.” Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka?” maka beliau bersabda: “Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak baik maka bencilah tindakannya, dan janganlah kalian melepas dari ketaatan kepada mereka.” ( HR. Muslim )
Berpijak dengan Ayat dan Hadis diatas, dapat diketahui bahwa karekteristik seorang pemimpin yang tangguh dan shaleh adalah pemimpin yang memiliki kapabilitas dan wawasan yang luas serta memiliki fisik yang kuat lagi bagus ( بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ), serta yang dicintai dan dia (pemimpin ) pun mencintainya. Lihatlah bagaimana Allah subhaanahu wa ta’aalaa memilih Thalut. Siapa sesungguhnya Thalut? Sesungguhnya dia adalah rajulan faqiran la nasaba lahu wa la mala (lelaki miskin, bukan keturunan darah biru dan tak berharta). Dalam Tafsir al-Thabari, Ibn Jarir al-Thabari menukil riwayat dari Ikrimah menyatakan, Thalut adalah penjual air – profesi yang dianggap mewakili strata kelas bawah. Demikianlah sosok pemimpin tangguh yang sangat sederhana tapi berkualitas. Syaikhul Islam dalam karyanya as-Siyasah as-Syar’iyah tentang kriteria pemimpin yang tangguh. Beliau berkata :
وينبغي أن يعرف الأصلح في كل منصب فإن الولاية لها ركنان : القوة والأمانة
Artinya : “”Selayaknya untuk diketahui siapakah orang yang paling layak untuk posisi setiap jabatan. Karena kepemimpinan yang ideal, itu memilikidua sifat dasar: kuat (mampu) dan amanah.” Kemudian beliau menyitir beberapa firman Allah :
إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
Artinya : “Sesungguhnya manusia terbaik yang anda tunjuk untuk bekerja adalah orang yang kuat dan amanah.” (QS. Al-Qashas: 26).
Lebih jelas lagi beliau menjelaskan batasan kekuatan yang harus dimiliki bagi seorang pemimpin.
والقوة في كل ولاية بحسبها فالقوة في إمارة الحرب ترجع إلى شجاعة القلب وإلى الخبرة بالحروب والمخادعة فيها فإن الحرب خدعة وإلى القدرة على أنواع القتال… والقوة في الحكم بين الناس ترجع إلى العلم بالعدل الذي دل عليه الكتاب والسنة وإلى القدرة على تنفيذ الأحكام
Artinya : “Sifat kuat untuk setiap pemimpin, tergantung dari medannya. Kuat dalam memimpin perang kembali kepada keberanian jiwa dan kelihaian dalam berperang dan mengatur strategi. Karena inti perang adalah strategi. Demikian pula kembali kepada kemampuan dalam menggunakan senjata perang, Sementara kuat dalam menetapkan hukum di tengah masyarakat kembali kepada tingkat keilmuannya memahami keadaan yang diajarkan al-Quran dan sunah, sekaligus kemampuan untuk menerapkan hukum itu.
Begitulah seharusnya sosok pemimpin yang tangguh dan shaleh. Memiliki wawasan ilmu yang luas dan memiliki tubuh dan fisik yang kuat lagi sempurna ( tidak cacat ). Dengan ilmu yang dimiliki dan kekuatan yang cukup seorang pemimpin yang tangguh dapat berlaku adil dengan tepat dan benar. Selanjutnya lihatlah sebuah kisah yang sangat luar biasa. Kisah seputar karakter sejati seorang pemimpin, yakni, Umar bin Abdul Aziz menulis sepucuk surat kepada Hasan al-Bashri, isinya meminta diberitahukan perihal sifat seorang pemimpin yang adil. Hasan al-bashri membalasnya dengan mengatakan, “ketahuilah, wahai umar bin Abdul Aziz, sesungguhnya Allah SWT menjadikan seorang pemimpin yang adil sebagai penegak bagi setiap penyimpangan dan kelaliman, penata setiap kerusakan, kekuatan bagi setiap yang lemah, keadilan bagi setiap yang dizalimi, serta pemberi jalan keluar bagi setiap orang yang menginginkannya.
Seorang pemimpin yang adil laksana pengembala yang penuh kasih terhadap hewan gembalaannya. Dia terus menggembalakan sebaik mungkin, melindunginya dari ancaman kejahatan dan binatang buas, serta menjaganya dari cuaca dingin dan panas. Seorang pemimpin yang adil, wahai Umar, tak ubahnya seorang ayah yang menyayangi anak; mengasuhnya di masa kecil, mengajarkannya di masa dewasa. Menafkahinya semasa hidup, serta meninggalkan harta (warisan ) setelah kepergiannya.
Seorang pemimpin yang adil, wahai umar, laksana ibu yang menyayangi anaknya, merawatnya dalam kandungan, menyusuinya setelah terlahir ke dunia, mendidiknya, bergadang semalaman menemaninya, merasa tenang bila anaknya diam ( tidak rewel dan terus-terusan menangis), adakalanya menyusui dan adakalanya juga menyapihnya, serta bergembira saat anaknya sehat dan bersedih manakala sakit. Seorang pemimpin yang adil wahai umar, tak ada bedanya dengan sebongkah hati yang terletak di antara sejumlah organ tubuh, semua organ itu akan baik-baik saja bilamana hati itu juga baik-baik saja, begitu juga sebaliknya.
Seorang pemimpin yang adil wahai umar, berdiri di antara Allah SWT dan hamba-hamba-Nya, mendengar perkataan Allah SWT dan ucapan hamba-hamba-Nya, memandang Allah SWT dan mereka, serta bersikap patuh kepada Allah SWT dan memimpin mereka. Oleh karena itu, wahai umar, janganlah engkau menjadi laksana hamba yang dipercaya majikannya untuk menjaga harta dan keluarga, namun malah menghilangknya dan mengusir keluarganya.
Dengan demikian, keluarga simajikan akan menjadi fakir dan hartanya lenyap. Ketahuilah, wahai umar, sesungguhnya Allah SWT menurunkan hudud demi mencegah kekotoran dan kekejian; lantas, bagaimana nasib seseorang yang melakukan kekotoran dan kekejian setelah turunnya hudud? Dan Allah SWT menurunkan Qishas sebagai kehidupan bagi hamba-hambanya; namun bagaimana jadinya jika yang membunuh mereka ternyata orang yang menghukum balas atau Qishas terhadap mereka ?”( Hidayah al-Mursyidin)
Tidak diragukan lagi, Seorang pemimpin harus bertanggung jawab atas yang dipimpinnya dalam berbagai hal. Termasuk urusan Dunia dan akhiratnya. Dunianya bahagia dan di akhiratnya selamat dari apai neraka Sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman :
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang jika Kami Beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. ( QS. Al-Hajj: 41 )
Dengan demikian untuk memunculkan sosok pemimpin yang tangguh dan shaleh setidaknya harus memiliki sifat-sifat yang baik dan mulia. Cukuplah kutipan ucapan al-Mawardi menjadi standar tentang ciri-ciri pemimpin yang tangguh dan shaleh itu. Beliau berkata “ yang termasuk sifat-sifat para pemimpin adalah berpengetahuan, bijaksana, zuhud, wara ( bersikap hati-hati ), takut, bermakrifah ( memiliki pengetahuan mendalam tentang Allah), berbelas kasih terhadap rakyat, menjaga kemaslatan kaum muslim, senantiasa sibuk dan memikirkan urusan mereka ( kaum muslimin ), menjaga harta milik mereka, meninggikan panji mereka, mengokohkan negara mereka, dan melebarkan sayap islam di muka bumi sehingga tidak menjadi fitnah dan agama hanya milik Allah subhaanahu wa ta’aalaa semata”
Wallahu a’lamu bish shawab
Penulis : Oleh : Sudarmadi Putra, M.Ud