Blog
Oleh : Sudarmadi Putra, M.Ud
Ada sebuah ungkapan “Hijrah itu ibarat mengupas bawang untuk mendapatkan isinya agak mustahil kita tidak mengeluarkan air mata” kelihatannya ungkapan tersebut sangat tepat. Karena tidak akan mengetahui kesenangan tanpa mengalami rasa kesusahan. Bahkan Al-Qur’an dalam surah Asy Syarh ayat 5 dan 6 sudah menerangkan, sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman :
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
hijrah dengan hati menuju Allah dan Rasul-Nya itu susah bukan ringan, tapi barokah bukan petaka. Walaupun harus mengalami tekanan dan hinaan bahkan dikucilkan. Bahkan harus mengorbankan apa saja yang dimilikiI, harta benda bahkan jiwa sekalipun. tu semua adalah bumbu- bumbu kehidupan yang pasti dialami bagi insan yang Muhajirun ila Allah. hijrah bukan hanya dengan fisik ( hijrah hissiyyah ) saja, yaitu meninggalkan dari satu tempat ke tempat yang lain, dari negeri kafir menuju negeri Islam saja. Tetapi badan dan fisiknya juga harus taat kepada Allah dan rasulnya bukan malah maksiat Maka itulah keluarnya sabda pertama yang disampaikan oleh Rasulullah shalallahu ‘alahi wa salam ketika sudah berada di Madinah, Rasulullah bersabda :
عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Artinya : Alqamah bin Waqash Al Laitsi berkata; saya pernah mendengar Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan” (HR. Bukhari)
Hijrah itu adalah gerbang kesuksesan, bagi siapapun yang mampu melewati duri dan kerikil kehidupan. Lihat Rasulullah shalallahu ‘alahi wa salam dan para sahabat RA mereka sukses, mereka hidup dengan tenang tanpa harus takut, mereka bebas tanpa takut ditindas.
Maka kalau hari ini banyak orang yang ingin hijrah tapi tidak pernah memulai, Banyak yang ingin berubah tapi tak pernah melangkah, Hijrah tanpa tindakan hanya akan menjadi angan. Bahkan Perubahan tanpa reaslisasi hanya akan menjadi sebuah mimpi.
Maka janji Allah subhaanahu wa ta’aalaa menjadi sebuah kenyataan bagi siapapun yang sudah melangkah dan berubah, sebagaimana firman-Nya dalam surat An- Nisaa’ ayat 100 :
وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya : Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Tadhhiyah ( pengorbanan ) yang begitu tinggi dan tak ada tandingannya sampai kapan pun. Mereka adalah ummatan wasathan yang lebih mencintai Allah dan Rasul di atas segala- galanya hingga harta dan diri mereka sendiri menjadi taruhannya demi meniti keridha-Nya.
Lihat, apa yang dilakukan Abu Bakar Shidiq untuk membela yang dicintainya yakni Rasulullah shalallahu ‘alahi wa salam dan dakwah. Saat situasi genting menjelang hijrah Rasulullah ke Madinah, Abu Bakar Shidiq tampil dengan segala pengorbanan untuk menyelamatkan dakwah. Ia pasang badan untuk menjadi tameng Rasulullah shalallahu ‘alahi wa salam dari segala kemungkinan buruk yang yang direncanakan oleh orang – orang kafir Quraisy, Ia korbankan pula hartanya. Bahkan ia kerahkan anggota keluarganya untuk turut berkontribusi bagi dakwah. Apa yang beliau lakukan itu sesuai dengan ungkapannya sendiri, “Hal yangqushud dinnu wa ana hayyun” yang artinya ‘Tidak boleh Islam berkurang sementara saya masih hidup’.
Contoh yang lain, Mush’ab bin Umair salah seorang di antara sahabat Nabi, sebelum masuk Islam dia adalah seorang pemuda yang ganteng dan tampan dan dari status terkemuka. Hidupnya penuh dengan kemewahan dan serba kecukupan, maka Ia menjadi buah bibir gadis- gadis Mekah. Tapi setelah dia memeluk Islam, Ia meninggalkan kemewahan dan kesenangan yang dialaminya selama itu, dan memilih hidup miskin dan sengsara. Pemuda ganteng dan parlente itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya yang kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar. Tapi jiwanya yang telah dihiasi dengan Aqidah suci dan cemerlang berkat shibgah Nur Ilahi, telah merubah dirinya menjadi seorang manusia lain, yaitu manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani sehingga oleh Rasulullah shalallahu ‘alahi wa salam dia menjadi duta pertama ke Madinah untuk mengajarkan seluk beluk Dien kepada orang – orang anshar yang telah beriman dan berbai’at kepada Rasulullah di bukit ‘Aqabah serta mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut Hijaratul Rasul shalallahu ‘alahi wa salam.
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai keadaan para sahabat Muhajirin dan Anshar itu dalam Surat At-Taubah ayat 100 :
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya : “Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah Menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.”
Hijrah ini meliputi ‘dari’ dan ‘menuju’: Dari kecintaan kepada selain Allah menuju kecintaan kepada-Nya, dari peribadahan kepada selain-Nya menuju peribadahan kepada-Nya, dari takut kepada selain Alloh menuju takut kepada-Nya. Dari berharap kepada selain Allah menuju berharap kepada-Nya. Dari tawakal kepada selain Allah menuju tawakal kepada-Nya. Dari berdo’a kepada selain Allah menuju berdo’a kepada-Nya. Dari tunduk kepada selain Allah menuju tunduk kepada-Nya.
Dengan demikian seorang muslim yang menginginkan kecintaan Allah dan Rasul-Nya tidak ragu-ragu bahkan merasa mantap meninggalkan segala perkara yang melalaikan dirinya dari mengingat Allah. Dia rela meninggalkan pendapat kebanyakan manusia yang menyelisihi ketetapan Allah dan Rasul-Nya walaupun harus dikucilkan manusia.
Seorang Ulama salafus saleh, Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata:
عليك بطريق الحق ولا تستوحش لقلة السالكين و إياك و طريق الباطل ولا تغتر بكثرة الهالكين
Artinya : Ikutilah jalan-jalan petunjuk dan tidak akan merugikanmu meskipun sedikit orang yang menempuhnya. Sebaliknya jauhilah jalan-jalan kesesatan dan jangan tertipu dengan banyaknya orang-orang yang celaka di dalamnya ( Al-I’tisham 1/ 112 )
Sebagai penutup, ada ungkapan- ungkapan yang menjadi inspirasi dan spirit bagi kta semua :
“It’s not difficult to change the difficult come within us, begin we with a step be the change”
“Forget the fast let’s change let’s hijra”
“My hijra my adventure “
Wallahu a’lamu bish shawab
Penulis : Oleh : Sudarmadi Putra, M.Ud