Blog
CARA BIJAK MEMAHAMI DAN MENANGGULAGI PAHAM SESAT
- 2 Maret 2021
- Posted by: ADMIN IT
- Category: Mimbar Dosen

Oleh : Sudarmadi Putra, M.Ud
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Artinya : Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya”( HR. Malik ).
Berangkat dari arahan petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam mengarungi bahtera kehidupan ini, agar sampai ketujuan dan selamat tanpa tersesat. Umat islam diminta agar selalu dan tetap teguh berpegang kepada Kalamullah karena merupakan أَصْدَقَ الْحَدِيثِ yang Sebenar-benar perkataan, dan mengikuti terus sampai mati petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena merupakan أَحْسَنَ الْهَدْيِ sebaik-baik petunjuk.
Setan- setan jin dan manusia dan bala tentaranya tidak akan pernah diam sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Untuk menyesatkan manusia dari Minhajul Mustaqim {Jalan Orang-Orang Yang Lurus}menuju jalan- jalan yang dimurkai lagi sesat.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Jabir berkata;
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَطَّ خَطًّا هَكَذَا أَمَامَهُ فَقَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَخَطَّيْنِ عَنْ يَمِينِهِ وَخَطَّيْنِ عَنْ شِمَالِهِ قَالَ هَذِهِ سَبِيلُ الشَّيْطَانِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ فِي الْخَطِّ الْأَسْوَدِ ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ ( وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ )
Artinya : Kami duduk bersama Nabi Shallallahu’alaihiwasallam lalu beliau membuat garis seperti ini di depannya, lalu bersabda: “Ini adalah jalan Allah ‘Azzawajalla “, sedangkan dua garis di kanannya dan juga dua garis pada sisi kirinya, beliau bersabda: “Ini adalah Jalan setan.” kemudian beliau meletakkan tangannya pada garis hitam, lalu membaca ayat, “Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”
Diberitakan akhir- akhir ini tampak jelas akan kebangkitan atau kemunculan kembali komunisme di Indonesia, sebuah ideologi/ajaran komunis yang berfalsafah berisi atheisme, anti Tuhan dan anti Agama. Dimulai dari wacana penghapusan keterangan kolom agama pada KTP ( kartu tanda penduduk ), merebaknya kaos dan atribut bergambar palu arit dibiarkan semakin marak di mana-mana, munculnya tema mengusung liberalisasi dalam berbagai bidang, dan hal yang paling berbahaya dari masuknya ribuan para pekerja asing ( cina ) ke Indonesia.
Belum lagi adanya aliran-aliran sesat lainnya, semisal; liberalisme, pluralisme sekularisme, sosialisme, LDII, Syi’ah, inkar sunnah, Jamaah Salamullah, Islam Nusantara, Dan lain-lain. Kenyataan ini membuat kita merinding, kita hidup di zaman fitnah dimana seseorang beriman di waktu pagi dan menjadi kafir di waktu sore, beriman di waktu sore dan menjadi kafir di waktu pagi.
Oleh karena itu ada beberapa langkah-langkah berikut, cara memahami dan menanggulangi paham sesat secara bijak, dan semoga Allah menetapkan kaki kita menapaki jalan-Nya yang lurus :
1. Kenali Dienul Islam dengan baik dan benar yang sesuai dengan pemahaman para salafus shalih.
Salafush Shalih, dalam istilah ulama adalah orang-orang terdahulu yang shalih, dari generasi sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, dari generasi tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan para ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah setelah mereka. Salafush Shalih adalah generasi terbaik umat Islam. Oleh karenanya, merupakan kewajiban bagi kita untuk mengikuti pemahaman mereka dalam beragama. Sehingga berbagai macam bid’ah, perpecahan dan kesesatan dapat dijauhi. Karena adanya berbagai macam bid’ah, perpecahan, dan kesesatan tersebut, berawal dari menyelisihi pemahaman Salafush Shalih. Mengkaji secara mendalam, tuntas dan menyeluruh tentang hakikat islam. Pelajari dengan seksama masalah pokok dalam agama Islam ini, yakni masalah aqidah. Setelah itu, kita berusaha mengamalkannya, kemudian menanamkan dengan kuat-kuat masalah tauhid pada sang anak sejak ia masih kecil. Ini masalah yang penting untuk kita ketahui bersama. Bukan sekedar pengakuan di KTP tapi realita kehidupannya jauh dari norma-norma keislaman yang ada. Karena kebodohan terhadap islam yang kemudian tersesat, karena hanya ikut-ikutan pada tradisi nenek moyangnya yang juga tersesat. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 104 :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
Artinya : Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (mengikuti) apa yang Diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya).” Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?
Ayat al-Quran itu menggambarkan, betapa menyesalnya orang-orang bodoh atau orang yang membodohkan dirinya sendiri; hanya ikut-ikutan paham sesat yang dianut pemimpinnya, tanpa mau melakukan kajian kritis.
قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ (9) وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ ( 10)
Mereka menjawab, “Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, “Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar. Dan mereka (penghuni neraka) itu berkata, andaikan kami dulu mau mendengar dan mau berpikir, maka kami tidak akan menjadi penghuni neraka Sa’ir.” (QS al-Mulk: 9- 10).
2. Bentengi diri dengan ilmu dan iman
Ilmu dan iman adalah dua senjata untuk menghadapi semua setan- setan jin dan manusia yang mau mencoba menyesatkan. Dengan memiliki wawasan yang luas مثاقف الفكر menjadikan sosok pribadi tidak gampang mengekor tanpa tahu hujjahnya sehingga muttabi’ bil ilmi bukan munqalid. Begitu juga dengan iman yang kuat seeorang akan terjaga dari segala subhat dan syahwat sehingga tidak mudah orang untuk melakukan maksiat.
Begitu banyak ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan orang-orang yang berilmu atas ahli ibadah yang tidak berilmu. Pepatah mengatakan bahwa ilmu lebih utama daripada harta karena ilmu akan menjaga pemiliknya sedangkan harta, pemiliknyalah yang harus menjaganya. Dan sesungguhnya, iman seseorang kepada Allah dan hari akhir itu haruslah dibangun di atas ilmu. Tidak mungkin seseorang dapat memiliki iman kepada hal-hal tersebut tanpanya. Tanpa ilmu, seseorang hanya akan beragama tanpa memiliki dasar yang kuat dan hanya ikut-ikutan saja. Akhirnya imannya akan mudah goyah oleh syubhat-syubhat yang kini begitu merajalela.
Ibnu Hajar Al-Atsqolani menyebutkan dalam kitab Fathul Baari :
العلم الشرعى الذي يفيد معرفة ما يجب على المكلف من أمر دينه في عباداته ومعاملاته والعلم بالله وصفاته وما يجب له من القيام بأمره وتنزيهه عن النقائص ومدار ذلك على التفسير والحديث والفقه
Artinya : “Ilmu syar’i yang bermanfaat mengetahui kewajiban mukallaf dari perkara din-nya, baik urusan ibadah dan mu’amalah. Serta ilmu tentang Allah, sifat-Nya, dan kewajiban kita terhadap urusan tersebut, dan menyucikan-Nya dari kekurangan. Adapun semua itu berputar pada tafsir, hadits, dan fiqh.” (Fathul Baari 1/141) .
Dengan berbekal ilmu dan iman, ahli ilmi akan mampu membentengi diri dari aliran- aliran dan paham –paham yang merusak dan sesat. Sehingga ahli ilmu ikut membantu menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar bukan malah sebaliknya mendiamkan dan membiarkan. Karena akan berakibat merajelanya kebatilan jika tidak dipadamkan.
Ali Bin Abi Thalib RA mengatakan :
حين سكت اهل الحق عن الباطل توهم اهل الباطل أنهم على حق
Artinya : “Ketika ahlul haq ( orang yang memiliki ilmu ) diam atas suatu kebathilan, maka mereka ( pelaku kebatilan ) akan menyangka bahwa mereka berada dalam kebenaran “
Dalam istilah tokoh Islam Indonesia, Muhammad Natsir, jika mau memadamkan api, maka padamkanlah api sewaktu kecil. Jangan nunggu api semakin membesar. Hingga kini, terbukti para loyalis komunis di Indonesia masih tetap konsisten dengan kebencian dan dendam terhadap ormas islam dan umat islam.
3. Berteman dan berkumpullah dengan orang-orang shalih
Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan :
وفي الحديث النهى عن مجالسة من يتأذى بمجالسته في الدين والدنيا والترغيب في مجالسة من ينتفع بمجالسته فيهما
Artinya : “Hadits di ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”( Fathul Bari 4/324)
Di tengah hiruk pikuknya manusia-manusia yang memuja dan membela paham dan aliran sesat saat ini, maka sebagai Muslim, setiap hari kita diperintahkan senantiasa berdoa kepada Allah, semoga kita selamat dari jalan yang sesat; agar kita senantiasa dibimbing oleh Allah untuk senantiasa mampu mengenali dan mengikuti jalan kebenaran dan tidak terjebak di jalan kesesatan yang tak lain adalah jalan setan. Amin Ya Rabbal Alamin.
Wallahu ‘alam
Penulis : Oleh : Sudarmadi Putra, M.Ud
